Debat Pilgub Jatim Memanas, Luluk Soroti Isu Kemiskinan hingga Kekurangan Jamban

Debat Pilgub Jatim Memanas, Luluk Soroti Isu Kemiskinan hingga Kekurangan Jamban

Calon gubernur Jawa Timur Luluk Nur Hamidah tampil agresif dalam debat kedua Pilgub Jatim di Convention Hall, Grand City, Minggu, 3 November 2024.-Sahirol Layeli/Harian Disway-

SURABAYA, HARIAN DISWAY - Calon gubernur Jawa Timur nomor urut 1 Luluk Nur Hamidah tampil agresif dalam panggung debat publik kedua di Grand City Convention Hall Surabaya, Minggu, 3 November 2024.

Bahkan, sejak segmen kedua, Luluk tampak percaya diri menyampaikan gagasan yang dia miliki. 

Luluk mengatakan bahwa Jawa Timur memiliki tantangan yang serius. "Seluruh pemimpin negara di dunia ini memiliki komitmen menuntaskan tujuan SDGs (pembangunan berkelanjutan, Red)," ujar Luluk dalam panggung debat kedua.

BACA JUGA:Luluk-Lukman Tampil Ngejreng: Gambaran Birokrasi Masa Depan Nggak Kaku

Itu artinya, Pemerintah Provinsi Jawa Timur harus memastikan bahwa tidak ada lagi masyarakat yang miskin dan lapar.

Begitu pula di sektor pendidikan. Pemprov Jatim memiliki tanggung jawab untuk menghadirkan pendidikan yang berkualitas. Dalam artian tidak ada lagi anak putus sekolah.

Menurutnyi, warga juga harus memiliki jamban yang sehat dan bersih. 

“Namun, kita memiliki data terakhir bahwa 19,2 persen atau setara 2.158.000 rumah tangga di Jatim tidak memiliki jamban," imbuhnyi.

BACA JUGA:Debat Kedua Pilgub Jatim 2024, Panelis Diisukan Dekat dengan Salah Satu Paslon

Tak sampai di situ saja, Luluk juga menyampaikan bahwa indeks kualitas lingkungan hidup di Jawa Timur menempati peringkat 21 secara nasional.

Luluk lantas bercerita bahwa saat blusukan ke Pondok Pesantren di Bangil, Pasuruan, dia mendapat keluhan terkait kerusakan lingkungan akibat air limbah pabrik. 

Sayangnya, keluhan tersebut dikatakan Luluk tak mendapat respons berarti. "Jangankan ada solusi, didengar pun tidak oleh pemerintah provinsi," seluruh Luluk.

Deretan permasalahan yang dipaparkan oleh Luluk Nur Hamidah ini tidak boleh dianggap remeh. Jawa Timur membutuhkan pemimpin yang membawa perubahan.

"Sebuah kepemimpinan birokrasi yang solutif dan cantik, cerdas, adaptif, transparan dan transformatif, juga inovatif, dan juga anti korupsi," tandasnyi. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: