Deteksi Dini Kebangkrutan Lembaga Keuangan Syariah

Deteksi Dini Kebangkrutan Lembaga Keuangan Syariah

ILUSTRASI Deteksi Dini Kebangkrutan Lembaga Keuangan Syariah.-Arya Firman untuk Harian Disway-

Perlu diketahui, aset keuangan syariah sampai Juni 2024  sudah mencapai Rp 2.756 triliun dengan market share 11,41 persen.   

Apalagi, Indonesia menganut dual financial and banking system yang menerapkan sistem konvensional dan sistem syariah dalam satu sistem. Dengan sistem seperti itu, sistem konvensional dan sistem syariah saling terkait dan memengaruhi.

BACA JUGA:Ekonomi Syariah sebagai Sumber Pemulihan

Hubungan itu dapat digambarkan pada jalur transmisi pada lanskap dual financial dan banking systems.  Kebijakan moneter tingkat bunga, misalnya, akan berdampak pada instrumen syariah, yaitu margin rate atau tingkat keuntungan dalam transaksi murabahah yang dijadikan sebagai benchmark bagi perbankan syariah.  

Margin rate tidak sama dengan tingkat bunga, tetapi memiliki hubungan searah. Kebijakan moneter juga bisa berdampak pada perbankan syariah yang menerapkan sistem bagi hasil atas revenue atau profit.   

Jadi, sebagai bagian dari sistem perekonomian nasional, LKS tidaklah beroperasi dalam ruang kosong. Artinya, LKS tidak bebas dari pengaruh lingkungan keuangan dan ekonomi.   Setiap jalur transmisi kebijakan juga memberikan pengaruh kepada dinamika sistem keuangan syariah. 

Artinya, keuangan syariah tidak imun atau steril dari pengaruh sistem konvensional.  

Sebaliknya pula, karakteristik khas dari perbankan syariah juga memberikan warna dan memengaruhi behavior dari jalur transmisi kebijakan moneter. Artinya, apa yang terjadi pada sistem keuangan syariah akan berdampak juga terhadap sistem keuangan nasional. 

EARLY WARNING SYSTEM BANK SYARIAH

Early warning system secara umum dapat dideteksi melalui variabel makroekonomi. PDB, inflasi dan tingkat bunga, kurs rupiah, serta utang pemerintah dan swasta menjadi variabel penting yang menyebabkan tekanan sebagai pertanda krisis keuangan. 

Sinyal krisis bisa didekati melalui  pendekatan parametrik dan non-parametrik dengan signaling approach dan terbukti akurat dalam mengamati pergerakan dari beberapa indikator terpilih yang memiliki perilaku abnormal pada periode menjelang krisis. 

Salah satu LKS penting di Indonesia adalah bank syariah. EWS begitu penting bagi bank syariah karena bank adalah lembaga intermediasi yang selalu menghadapi mismatch. 

Funding umumnya berjangka pendek, sementara pembiayaannya berjangka panjang. Itu menyebabkan bank rawan menghadapi masalah likuiditas yang bisa berujung pada kebangkrutan.  

Karena itu, perkembangan metode pengukuran EWS di sektor perbankan  cukup masif. Banyak metode digunakan, salah satunya metode Altman Z-Score modified.  

Metode itu menggunakan kombinasi lima rasio keuangan yang dianggap relevan untuk menilai kesehatan finansial suatu perusahaan. Rasio-rasio tersebut meliputi working capital, retained earnings, earnings before interest and taxes, market value of equity, dan book value of  liabilities

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: