5.000 Kasus TBC Belum Terdeteksi, Dinkes Surabaya Target Kasus Bisa Tereliminasi di 2030

5.000 Kasus TBC Belum Terdeteksi, Dinkes Surabaya Target Kasus Bisa Tereliminasi di 2030

Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya Nanik Sukristina-Humas Pemkot Surabaya-

SURABAYA, HARIAN DISWAY - Kasus tuberkulosis (TBC) yang ditemukan di Kota SURABAYA mencapai 11.000 kasus. Jumlah itu masih di bawah target kasus yang seharusnya di temukan di SURABAYA, yakni 16.000 kasus.

Dengan demikian, masih ada sekitar 5.000 penderita TBC di Kota Pahlawan yang belum terdeteksi sampai sekarang.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya Nanik Sukristina mengatakan akan terus menggencarkan proses skrining pada tahun ini. 

Sebab, stigma terhadap penderita TBC juga menjadi tantangan dalam upaya pengendalian penyakit. 

"TBC ini tidak hanya berdampak pada sektor kesehatan, tetapi juga pada aspek sosial dan ekonomi," kata Nanik, Selasa, 21 Januari 2025. 

Karena itu, ia merasa perlu untuk memperkuat sinergi dan kolaborasi antar sektor dalam mendukung program pengendalian TBC. Terutrama untuk menghilangkan stigma negatif di masyarakat terhadap penderita TBC.

Menurutnya, pasien TBC membutuhkan dukungan dari masyarakat. Termasuk unsur pemerintah, swasta, komunitas, hukum dan regulasi, serta media. Sehingga mereka bersedia minum obat sampai tuntas. Dengan harapan, eliminasi TBC tahun 2030 bisa tercapai.

BACA JUGA:Kadinkes Surabaya: Pola Hidup Tak Sehat Jadi Penyebab Gagal Ginjal Kronis pada Anak

BACA JUGA:Perketat Pengawasan Kesehatan untuk Cegah Virus HMPV, Dinkes Surabaya: Jangan Panik, tapi Waspada

“Sehingga dapat meningkatkan kesadaran masyarakat bahwa TBC bisa disembuhkan melalui pengobatan yang tuntas. Serta diharapkan semua unsur hexa helix,” ujar dia.

Pihaknya mengaku rutin melakukan skrining di Kota Pahlawan. Surabaya sendiri merupakan tempat rujukan di Indonesia Timur. Berdasarkan data hingga tahun 2024, total kasus TBC di Surabaya adalah sebanyak 11 ribu, dari 16 ribu target kasus nasional yang harus ditemukan. 

“Kalau Kota Surabaya sendiri sebenarnya sebanyak 9 ribuan. Sisanya itu tambahan dari luar, karena Surabaya rujukan se-Indonesia Timur,” terangnya.

Hingga saat ini, 90 persen penderita TBC yang ditemukan tengah menjalani pengobatan. Tantangannya adalah penderita TBC harus melakukan pengobatan jangka panjang. Jika konsumsi obat berhenti, maka penderita TBC akan mengalami resisten obat dan proses penyembuhan bisa memakan waktu lebih dari enam bulan.

“Data TBC sudah tersinkron dengan pusat, contoh dari luar Surabaya tetapi berobat ke puskesmas Surabaya bisa diobati. Melalui NIK, pasien sudah terdata melakukan pengobatan,” tutur dia. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: