CISSRec Kritik Google Buntut Kesalahan Nilai Tukar USD dan Rupiah

Ilustrasi uang rupiah dan dolar. --freepik
Maka dalam konteks ini, Dr. Pratama berpendapat, Google seharusnya lebih bertanggung jawab atas informasi yang disebarkannya, terutama terkait data ekonomi yang sensitif.
Meskipun Google bukanlah penyedia data finansial primer dan hanya menarik informasi dari berbagai sumber.
Menurutnya, penyedia layanan sebesar ini tetap memiliki kewajiban untuk memastikan bahwa informasi yang ditampilkan akurat dan segera diperbaiki jika terjadi kesalahan.
BACA JUGA:Netizen Heboh! Kurs 1 USD Meleset Jadi Rp 8.170 di Google
“Ketika sebuah kesalahan telah terdeteksi dan dilaporkan oleh banyak pengguna, namun tidak segera diperbaiki, hal ini dapat dianggap sebagai kelalaian yang berpotensi merugikan masyarakat,” ungkap Pratama.
Lebih jauh, kesalahan dalam menampilkan kurs yang berlangsung dalam waktu lama dapat dikategorikan sebagai penyebaran informasi yang menyesatkan atau bahkan hoaks.
Dalam era digital saat ini, penyebaran berita palsu atau informasi yang salah dapat menimbulkan ketidakstabilan di berbagai sektor.
Jika Google sebagai salah satu perusahaan teknologi terbesar di dunia tidak memiliki mekanisme yang cepat dalam memperbaiki kesalahan informasi finansial, maka kepercayaan publik terhadap akurasi data yang disediakan oleh Google akan semakin dipertanyakan.(*)
(*) Mahasiswa magang dari Universitas Airlangga
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: