Alexander-Arnold ke Real Madrid: Transfer Jenius atau Risiko Besar?

Alexander-Arnold ke Real Madrid: Transfer Jenius atau Risiko Besar?

Trent Alexander-Arnold, sepertinya harus melupakan nomor 66 yang sudah jadi ikoniknya, karena terbentur aturan di La Liga--Twitter Madrid Xtra @MadridXtra

HARIAN DISWAY - Real Madrid kembali membuat gebrakan di bursa transfer dengan merekrut Trent Alexander-Arnold—bek kanan jenius dari Liverpool yang bukan hanya bek, tapi juga playmaker dari lini belakang.

Di bawah kendali Xabi Alonso, yang mengusung filosofi sepak bola menyerang, perekrutan ini tak hanya soal kebutuhan taktis, tapi juga langkah strategis untuk membentuk identitas baru Los Blancos di era pasca-Modric.

Perekrutan Trent Alexander-Arnold dari Liverpool dinilai sejumlah pengamat sebagai langkah cerdas dan tepat waktu oleh Real Madrid. Keputusan ini dinilai sangat sesuai dengan gaya kepelatihan Xabi Alonso, yang kini resmi menjadi pelatih Los Blancos menggantikan Carlo Ancelotti.

Berbeda dari Ancelotti yang cenderung mengutamakan kedisiplinan bertahan, Alonso dikenal lebih menyukai bek sayap dengan karakter menyerang. Hal ini membuat Alexander-Arnold, bek kanan timnas Inggris, sangat cocok dengan pola permainan ofensif yang diusung mantan pelatih Bayer Leverkusen tersebut.

BACA JUGA:Bukan 66, Nomor Punggung Trent Alexander-Arnold di Real Madrid Jadi Perbincangan

BACA JUGA:Resmi! Trent Alexander-Arnold Gabung Real Madrid, Kontrak Sampai 2031

Kualitas dan Keunggulan Alexander-Arnold


Trent Alexander-Arnold resmi pindah ke Real Madrid di musim panas 2025-Instagram @fabriziorom-

Alexander-Arnold dikenal memiliki visi permainan yang luar biasa. Meski berposisi sebagai bek kanan, ia sering memainkan peran layaknya playmaker dengan kemampuan umpan panjang yang akurat dan konsisten. Ini bukan kemampuan sesekali, melainkan bagian integral dari permainannya—baik saat membela Liverpool maupun timnas Inggris.

Real Madrid bahkan menyoroti kemampuan ini dalam video perkenalan resmi mereka, termasuk menampilkan momen ikonik saat Alexander-Arnold mengambil tendangan sudut cepat dalam laga leg kedua semifinal Liga Champions melawan Barcelona pada 7 Mei 2019.

 Saat itu, Liverpool membalikkan defisit agregat 0-3 menjadi kemenangan 4-0, dan melaju ke final. Umpan cerdik Alexander-Arnold kepada Divock Origi untuk gol keempat menjadi salah satu momen paling bersejarah dalam sepak bola Eropa.

Selain visi dan teknik, statistik juga mendukung kualitasnya. Sejak debut pada 2016, ia mencatatkan 64 assist—jumlah tertinggi untuk seorang bek dalam periode tersebut.

BACA JUGA:Xabi Alonso Bakal Terapkan Pola 3-4-3 di Real Madrid, Trent Alexander-Arnold Diuntungkan

BACA JUGA:Trent Alexander-Arnold Diproyeksikan Jadi Pengganti Toni Kroos di Madrid? Simak Statistiknya!

Pengganti Ideal untuk Bola Mati

Kehadiran Alexander-Arnold juga dianggap penting dalam mengisi kekosongan yang ditinggalkan Luka Modric, yang diperkirakan hengkang setelah Piala Dunia Antarklub FIFA 2025.

Bersama Arda Güler, pemain muda berbakat dengan spesialisasi bola mati, Alexander-Arnold diharapkan menjadi andalan baru Real Madrid untuk situasi set-piece seperti tendangan sudut dan tendangan bebas.

Menariknya, Alexander-Arnold memulai karier sebagai gelandang tengah, sehingga ia memiliki kemampuan “scanning” area permainan sebelum melepaskan umpan—kualitas yang membuatnya lebih dari sekadar bek kanan biasa.

BACA JUGA:Anfield Patah Hati, Saat Trent Alexander-Arnold Pilih Real Madrid

BACA JUGA:Liverpool Kehilangan Jantung Serangan, Jika Alexander-Arnold Hengkang

Titik Lemah: Sektor Bertahan

Namun demikian, ada kekhawatiran yang perlu dicermati. Alexander-Arnold kerap kesulitan menghadapi pemain sayap yang cepat dan lincah. Salah satu performa terburuknya tercatat pada Februari 2025, ketika Jeremy Doku dari Manchester City menggiring bola melewatinya sebanyak 12 kali—rekor Liga Inggris saat itu.

Dalam musim 2024/25, ia tercatat sebagai salah satu bek yang paling sering dilewati oleh lawan, setara dengan gelandang seperti Joao Gomes (Wolves) dan Elliot Anderson (Nottingham Forest).

Ini menjadi peringatan bahwa intensitas permainan di Liga Inggris bisa menjadi tantangan tersendiri saat ia bermain di laga-laga besar La Liga, khususnya menghadapi pemain muda seperti Lamine Yamal, yang memimpin statistik dribel sukses di Eropa dengan 4,6 per laga—lebih tinggi dari Doku (3,7).

BACA JUGA:Trent Alexander-Arnold Segera Tinggalkan Liverpool, The Reds Bidik Jeremie Frimpong

BACA JUGA:Trent Alexander-Arnold Gabung Real Madrid, Mampu Saingi Carvajal dan Valverde?

Solusi Taktis ala Xabi Alonso

Untuk mengatasi kelemahan tersebut, Xabi Alonso kemungkinan besar akan menyesuaikan taktik. Real Madrid dapat memperkuat sisi kanan pertahanan dengan tambahan gelandang bertahan yang mobile.

Jika tidak ada pemain baru yang direkrut, Federico Valverde bisa menjadi solusi ideal karena ia cepat, kuat, dan seimbang antara bertahan dan menyerang.

Alternatif lain adalah mengaktifkan Dean Huijsen, bek tengah yang baru didatangkan dari AFC Bournemouth. Statistik bertahannya di Premier League musim 2024/25 sangat solid:

  • Intercept: 1,89 per 90 menit

  • Block: 1,48 per 90 menit

  • Clearance: 7,34 per 90 menit

  • Aerial duels won: 2,52 per 90 menit

Trent Alexander-Arnold adalah tambahan berharga bagi Real Madrid. Jangkauan umpannya, kecerdasan bermain, dan kontribusi dalam menyerang adalah kualitas yang tidak bisa diabaikan.

Namun, kelemahan defensifnya perlu diatasi jika ia ingin menjadi pilihan utama di laga-laga besar.

Xabi Alonso punya pekerjaan rumah dalam menyeimbangkan antara kreativitas dan kekuatan bertahan di sisi kanan. Jika berhasil, Alexander-Arnold bisa menjadi pion penting dalam era baru Real Madrid. (*) 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: