Seri Sang Putra Fajar (10): Jembatan Peneleh, Jembatan Dua Hati

Jembatan Peneleh Surabaya. Saksi bisu cerita cinta Soekarno-Utari.-Giustino Obert Lisangan-HARIAN DISWAY
BACA JUGA:Seri Sang Putra Fajar (3): Hadirkan Spirit Bung Karno dengan Napas Digital
“Kalau sekiranya tidak dihadapan salah seorang tamu kami yang juga seorang alim dan sanggup menikahkan kami, mungkin Soekarno tidak akan bersatu dengan Utari Tjokroaminoto dalam pernikahan menurut agama,” kata Bung Karno.
Meski tergolong sebagai pasangan yang baru menikah, Soekarno memilih menghabiskan banyak waktu untuk belajar dengan Tjokroaminoto. Termasuk mengikuti kegiatan organisasi dan mengamati pidato-pidato mentornya itu.
Soekarno selalu menjadikan Tjokroaminoto sebagai cerminnya. Soekarno selalu memperhatikan Tjokroaminoto dalam berpidato. Memperhatikan gerak-geriknya. Juga dalam menyusun kata-kata untuk pidato.
BACA JUGA:Seri Sang Putra Fajar (2): Tumpeng yang Bikin Gemetar
Soekarno memang sangat berambisi untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia saat itu. Meski konsekuensinya, rumah tangganya dengan Utari terasa kering. Hampa.
Jembatan Peneleh tidak hanya menjadi saksi cinta Utari dan Soekarno. Mengutip Dispusip Surabaya, jembatan yang menghubungkan Jalan Gemblongan dan Jalan Peneleh itu pernah menjadi medan pertempuran 10 November 1945.
Jembatan itu diperkirakan dibangun sekitar 1900-1905. Konstruksi materialnya terbuat dari baja. Itu terlihat dari lantai jembatan yang bermotif. Jembatan Peneleh termasuk jembatan tertua yang dimiliki Kota Surabaya. (*)
*Sekolah Soekarno di HBS Surabaya, baca besok...
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: