Di Balai Pemuda, Mereka Menemukan 'Rumah'

Di Balai Pemuda, Mereka Menemukan 'Rumah'

Gedung bersejarah di sisi barat kompleks Balai Pemuda Surabaya.-Moch Dzikry Nur Alam-Moch Dzikry Nur Alam

BACA JUGA:Sambut Piala Dunia U-17, Bola Raksasa Digelindingkan dari Siola ke Balai Pemuda

Di sini, seorang pelajar menyelesaikan tugas sekolah, sementara seorang ibu menafkahi keluarganya.

Tak hanya itu. Balai Pemuda juga menjadi inkubator budaya. Komunitas seni berlatih tari di pelataran, penyair membaca puisi di bawah pepohonan, fotografer muda memamerkan karyanya di galeri bawah tanah.

Banyak pertemanan lahir dari obrolan santai di bangku taman. Balai Pemuda, dalam diamnya, memupuk kolaborasi dan identitas kota.

Bangunan peninggalan Belanda itu sudah melewati transformasi besar. Dari De Simpangsche Sociëteit—klub eksklusif Belanda pada 1907—menjadi Balai Pemuda pasca-kemerdekaan, lalu direvitalisasi sebagai Alun-Alun Kota Surabaya pada 17 Agustus 2020.

Pemkot Surabaya berhasil memadukan warisan arsitektur kolonial dengan kebutuhan masyarakat modern: wifi gratis, galeri sejarah berbasis QR code, perpustakaan, mushola, hingga parkir bawah tanah.

Bagi keluarga, tempat ini jadi destinasi rekreasi gratis yang aman. Bagi pekerja kantoran, ia jadi pelarian sejenak dari rutinitas.

Bagi pekerja lepas, Balai Pemuda adalah co-working space tanpa biaya, tempat mereka menyelesaikan proyek sambil menikmati angin sore.

Letaknya yang strategis, di tengah kota, menjadikannya pintu masuk ideal bagi wisatawan.

Tapi yang paling penting: ia ramah pejalan kaki, memperkuat visi Surabaya sebagai kota yang tak hanya nyaman untuk mobil, tapi juga untuk langkah kaki dan pertemuan spontan.

Dalam perspektif perkotaan, Balai Pemuda adalah paru-paru sosial. Ia memberi ruang bagi interaksi, ekspresi, dan mata pencaharian. Di sini, ekonomi mikro bergerak, pendidikan informal terjadi, dan budaya tumbuh dari bawah.

Kota yang baik bukan diukur dari gedung tertingginya, tapi dari seberapa banyak warganya merasa “di rumah”.

Dan di Balai Pemuda, rasa itu nyata. May pulang dengan tugas selesai. Ibu Lydia pulang dengan dompet terisi.

Seorang seniman pulang dengan ide baru. Seorang pekerja lepas menyelesaikan proyeknya. Semua membawa pulang cerita.

Balai Pemuda bukan hanya bangunan. Ia adalah ruang yang merawat kehidupan sehari-hari, tempat di mana sejarah, teknologi, seni, dan nafkah harian bertemu dalam satu napas yang sama.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: