SURABAYA, DISWAY.ID- Sektor wisata sempat mati suri selama pandemi. Okupansi hotel pernah drop hingga di bawah 10 persen. Bahkan, banyak yang merumahkan pegawainya. Kini pandemi mulai berlalu, sektor wisata menggeliat lagi.
Dalam dua tahun terakhir, pajak hotel di Surabaya tak mencapai target. Tahun lalu, pajak hotel hanya menyumbang Rp 155,3 miliar. Nilainya setara 51,72 persen dari target yang sudah ditetapkan.
Sedangkan pada sektor restoran hanya menyumbang Rp 331 miliar dari target Rp 595 miliar. Capaiannya hanya 55,6 persen. Dua sektor pajak wisata itu hanya menyumbang separuh pendapatan dari total target.
Wali Kota Eri Cahyadi meyakini kebangkitan ekonomi bakal terjadi tahun ini. Momentumnya dimulai saat Lebaran awal Mei lalu. ”Di penghujung Mei ini agenda hari jadi Kota Surabaya (HJKS) juga melibatkan ratusan UMKM,” kata mantan kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Kota (Bappeko) Surabaya itu.
Banyak tamu undangan yang memadati hotel di Surabaya. Bahkan, banyak pihak yang terpaksa menginap di hotel bujet karena kamar untuk kelas menengah sudah penuh.
Pemkot menggelar agenda tahunan yang dalam dua tahun terakhir vakum. Salah satunya Festival Rujak Uleg di sepanjang Jalan Kembang Jepun (Kya-kya) tadi malam, Minggu, 22 Mei 2022.
Pemkot melibatkan 50 usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dalam event kuliner terbesar di Surabaya itu.
Festival juga digelar sebagai perayaan atas penetapan rujak cingur sebagai Warisan Budaya Tak Benda oleh Kemendikbudristek RI pada 2021.
Pedagang rujak cingur mampu mempertahankan cita rasa dan melestarikan rujak cingur dari generasi ke generasi. ”Ini yang jadi daya tarik wisatawan dalam negeri hingga mancanegara,” sambungnya.
Banyak yang khawatir atas munculnya penyakit mulut dan kuku (PMK) pada hewan ternak sapi. Cingur berasal dari moncong sapi yang terserang virus tersebut.
Kepala Dinas Kebudayaan, Kepemudaan dan Olahraga, serta Pariwisata (DKKORP) Surabaya Wiwiek Widayati memastikan bahwa semua kuliner rujak cingur aman dikonsumsi. Meski virusnya tidak menular ke manusia, pemkot telah menjalin kerja sama dengan rumah potong hewan (RPH) untuk memastikan semua cingur yang digunakan peserta adalah higienis dan tidak terinfeksi penyakit. ”Seluruh peserta Festival Rujak Uleg menggunakan cingur yang disuplai RPH dan sudah terjamin kualitasnya,” kata Wiwiek.
Pelaku UMKM juga diundang di setiap rangkaian kegiatan HJKS. Mulai Surabaya Shopping Festival, Surabaya Vaganza, Pameran Muhibah Jalur Rempah, ruwatan, wayang, lomba futsal, basket, sepak bola panahan, skateboard, hingga Bromo KOM Challenge.
Semua kegiatan itulah yang meningkatkan okupansi hotel. Saat okupansi hotel di Jatim menurun, okupansi hotel di Surabaya meroket. ”Banyak agenda di Surabaya. Mulai HJKS hingga Pangdam mantu,” ujar Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Jatim Dwi Cahyono.
Okupansi hotel saat libur Lebaran di Jatim mencapai 80 persen. Angkanya perlahan menurun hingga pekan ketiga Mei. Dwi menganggap hal tersebut masih lumrah karena sudah banyak pemudik yang kembali ke tempat asal.
”Sekarang rata-rata okupansi di Jatim 55 persen,” ujarnya. Angka tersebut tetap disyukuri. Sebab, angka okupansi rata-rata harian selama pandemi selalu di bawah 30 persen.