Kehilangan atas wafatnya negarawan sekaligus mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Buya Syafii Maarif dirasakan Gubernur DIY Sri Sultan HB X secara pribadi.
---Begitu mendengar Buya meninggal pada Jumat, 27 Mei 2022 pukul 10.15 WIB di RS PKU Muhammadiyah Gamping, Sri Sultan HB X menyampaikan dukacitanya.
”Saya mengucapkan innalilahi wa innailaihi rojiun. Semoga beliau diterima di sisinya dengan baik,” ujar Sri Sultan HB X di Kompleks Kepatihan Yogyakarta, Jumat siang kemarin.
Menurut Sultan, Buya merupakan sosok yang tidak terlupakan.
Putra dari pasangan Ma’rifah dan Fathiyah itu dikenal memiliki wawasan yang sangat luas. Di mata Sri Sultan HB X, Buya dikenal mempunyai prinsip yang sangat teguh.
BACA JUGA:Senyum Mujahid Syafii Maarif
Namun di balik itu Buya memiliki hati yang sangat lembut dalam membangun komunikasi dengan kearifannya.
”Jadi sebenarnya kami di jogja sangat kehilangan beliau itu yang perlu diteladani," paparnya.
Buat Yogyakarta, Buya memang sangat erat karena hingga akhir hidupnya, beliau memilih tinggal di Yogyakarta.
Pria kelahiran Sumpur Kudus, Sinjunjung, Sumatera Barat, itu meninggalkan kampung halamannya untuk merantau ke Jawa pada 1953. Saat itu usianya 18 tahun.
BACA JUGA:Guru Bangsa
Bersama dua adik sepupunya, yakni Azra'i dan Suward, ia diajak belajar ke Yogyakarta oleh M. Sanusi Latief. Namun, sesampai di Yogyakarta, niatnya semula untuk meneruskan sekolahnya ke Madrasah Muallimin di kota itu tidak terwujud. Karena pihak sekolah menolak menerimanya di kelas empat dengan alasan kelas sudah penuh.
Tidak lama setelah itu, pria kelahiran Sumpur Kudus, Sijunjung pada 31 Mei 1935 itu justru diangkat menjadi guru bahasa Inggris dan bahasa Indonesia di sekolah tersebut. Meskipun tetapi tidak lama.
Pada saat bersamaan, ia bersama Azra'i mengikuti sekolah montir sampai akhirnya lulus setelah beberapa bulan belajar. Setelah itu, ia kembali mendaftar ke Muallimin meskipun harus mengulang kuartal terakhir kelas tiga.
Selama belajar di sekolah tersebut, ia aktif dalam organiasi kepanduan Hizbul Wathan dan pernah menjadi pemimpin redaksi majalah Sinar, kini dibawahi oleh Lembaga Pers Mu'allimin, sebuah majalah pelajar Muallimin di Yogyakarta.