Ruslan Abdulgani juga mengisahkan kisah serupa dalam buku A Fading Dream, The Story of Ruslan Abdulghani and Indonesia. Ia menganggap tindakan Presiden Soekarno tidak tepat. Sebab ia membawa serta perwira Inggris.
“Saya harus mengakui saya kurang senang ada seorang perwira Inggris yang bersama presiden saat datang berkunjung. Dia seharusnya tidak diberi kesempatan untuk mempelajari secara seksama cara kerja senjata propaganda kita,” tulis Ruslan.
Tak jauh dari Jalan Mawar, terdapat juga satu-satunya radio bekupon yang masih tersisa hingga kini. Itulah radio revolusi. Orang menamainya bekupon karena mirip rumah merpati.
Dalam masa Revolusi 45 di Surabaya, radio ini memberi peranan sangat penting dan menentukan. Sektor komunikasi dalam sebuah pertempuran adalah hal yang sangat krusial.
Bung Tomo membakar semangat pejuang lewat radio itu. Inilah media komunikasi paling penting dalam konstelasi Pertempuran Surabaya.
Radio bekupon disebar di setiap kampung Surabaya. Bung Tomo mengarahkan, mengonsolidasikan dan membakar semangat warga. “Sayangnya radio ini juga sangat rawan rusak. Letaknya ada di tikungan dan mudah sekali disenggol kendaraan,” kata Ady.
Ady berharap pemkot memperhatikan situs-situs cagar budaya itu. Jika satu per satu hilang, predikat Surabaya sebagai Kota Pahlawan patut dipertanyakan. (Salman Muhiddin)