Belajar Menerima Apa Adanya

Jumat 20-08-2021,04:00 WIB
Editor : Gunawan Sutanto

BANYAK orang stres. Depresi. Menghadapi situasi pandemi ini.

Sebagian disebabkan terserang Covid-19. Jatuh sakit. Isolasi di rumah. Atau, masuk rumah sakit. Tak bisa bekerja. Malah, mengeluarkan biaya. Yang bukan main besarnya.

Sebagian lainnya stres karena WFH. Atau, di-PHK sebagai karyawan. Atau, tidak bisa berjualan. Kehilangan penghasilan. Padahal, kebutuhan harian harus tetap disediakan.

Sebagian lainnya kehilangan orang-orang dekat. Yang dicintainya. Menjadi korban Covid-19. Yang memang sedemikian ganas.

Di luar masa pandemi pun, banyak orang stres. Apalagi, ada pemicu yang sedemikian masif mengepung kehidupannya.

Apa sebenarnya penyebab stres. Dan, bagaimana cara mengatasinya. Menjadi sedemikian penting untuk kita ketahui. Kita pelajari. Agar kita tidak terjebak di dalamnya. Sehingga menderita karenanya.

Sesungguhnya, tidak semua stres merugikan. Ada stres yang bersifat positif. Yaitu, ketika tingkatnya tidak terlalu tinggi.

Stres dalam skala yang proporsional justru dibutuhkan manusia. Agar kita memiliki motivasi dan tanggung jawab atas suatu masalah. Tanpa stres jenis itu, seseorang menjadi tidak punya beban tanggung jawab. Nothing to lose.

Namun, ketika levelnya berlebihan, stres bisa mengganggu kesehatan. Badaniah maupun kejiwaan. Dan, mengacaukan proses untuk mencapai kesuksesan. Ataupun, proses penyelesaian masalah. Sehingga menjadi kontraproduktif.

Ada dua sumber stres. Yang pertama, berasal dari luar diri kita. Berupa masalah. Yang menyulitkan kehidupan. Makin sulit, makin tinggi potensi stresnya.

Sesuatu dianggap sebagai masalah karena hal itu tidak kita inginkan untuk terjadi. Menimpa kita. Atau, dianggap mengancam kepentingan kita.

Sebab, ada juga masalah yang dianggap sebagai bukan masalah. Yakni, ketika masalah itu sesuai dengan kepentingan kita. Yang disebut sebagai happy problem. Masalah yang menyenangkan. Membahagiakan. Yang demikian tidak menimbulkan stres dalam arti yang negatif.

Faktor luar lainnya, yang bisa menimbulkan stress negatif atau distres, adalah perubahan. Tidak sedikit orang yang mengalami distres ketika menghadapi perubahan. Apalagi, perubahan dalam skala yang besar. Radikal. Dan tidak diharapkan.

Kecenderungan manusia pada umumnya adalah merasa senang berada di zona nyaman. Yang serba-ada. Serba terpenuhi kebutuhannya. Stabil. Tidak berubah-ubah. Predictable. Dalam jangkauan yang bisa diprediksi. Dan, menjadi stres ketika berada di dalam kondisi sebaliknya.

Selain itu, ada faktor luar yang menjadi penyebab dominan distres. Yakni, kegagalan. Setiap kegagalan selalu memunculkan tekanan perasaan. Merasa jatuh harga diri. Merasa terhinakan. Malu. Dan, perasaan inferior lainnya.

Tags :
Kategori :

Terkait