Aktif di Masyarakat, Temukan Masalah dan Solusi

Kamis 26-08-2021,04:00 WIB
Editor : Retna Christa

Menjadi pendidik harus berani keluar kampus. Meninggalkan zona nyaman demi mengoleksi pengalaman sebanyak-banyaknya. Menemukan tantangan terkini untuk diturunkan kepada anak didik. Itulah prinsip Freddy H. Istanto, pengajar di Universitas Ciputra.

 

ISTILAH industri kreatif sudah booming dari awal 2000an. Tapi bagaimana industri kreatif dipakai sebagai nama fakultas? Pada 2010, Universitas Ciputra (UC) Surabaya menjadi satu-satunya kampus di Indonesia yang memiliki fakultas industri kreatif. Baru setelah itu disusul oleh kampus-kampus lain.

Aktor intelektual di balik berdirinya Fakultas Industri Kreatif di UC adalah Freddy H. Istanto. Ia menjadi dekan pada periode 2007 hingga 2017. Meski purnatugas bulan ini, ia masih aktif mengajar dan mengabdikan dirinya untuk pendidikan. ’’Sekarang status saya berubah menjadi dosen luar biasa,” ujarnya.

Sebelum menjadi Fakultas Industri Kreatif, nama fakultas itu adalah Fakultas Teknik dan Desain. Awal tercetusnya ide untuk mengubah nama fakultas terinspirasi dari gagasan Tony Blaire. Perdana Menteri Inggris itu mencanangkan ke dunia ihwal industri kreatif sebagai gerakan baru perekonomian. 

’’Di Inggris, sebuah konser musik bisa memiliki dampak ekonomi yang luar biasa. Kafe, resto, merchandise, dan banyak lagi bisnis yang ikut terangkat ekonominya,’’ jelas pria 65 tahun itu. Kesimpulannya, industri yang melibatkan kreativitas dapat membuka jalan bagi kesejahteraan manusia dan bangsanya.

Freddy diundang di berbagai program tentang industri kreatif yang diadakan oleh British Council. Baik di Bandung, Jakarta maupun Surabaya. Ia juga terinspirasi oleh majunya industri kreatif di Korea yang melahirkan budaya K-Pop yang mendunia. Pemerintah Indonesia juga menyadari potensi industri kreatif untuk kemajuan perekonomian Negara. Hingga dibentuklah Kementerian Pariwisata dan Industri Kreatif.

’’Lalu saya berpikir. Bukankah semua jurusan di Fakultas Teknik dan Desain UC ini adalah komponen industri kreatif? Disamping dua prodi IT, juga ada arsitektur, interior, VCD dan kemudian menyusul Prodi Fashion,’’ rinci Freddy. ’’Apalagi, Universitas Ciputra ini memiliki basis pendidikan entrepreneurship,’’ imbuhnya.

Maka, nama “Fakultas Industri Kreatif” bukan hanya nama kekinian. Tetapi sinergi yang kuat antara spirit kreativitas dengan entrepreneurship.

Fakultas Industri Kreatif di UC memiliki visi untuk menjadi fakultas yang mendukung terciptanya entrepreneur kelas dunia di bidang industri kreatif. Ia mengusung prinsip Integritas-Profesionalisme-Entrepreneurship (IPE) dan kebangsaan. Serta memberikan kontribusi positif bagi bangsa.

’’Maka arahnya jelas. Mahasiswa harus kreatif-inovatif, sekaligus memiliki mindset enterpreneurship. Berkarya saja tidak cukup. Mereka wajib memiliki kemampuan berbisnis dan bersaing,’’ papar alumnus pascasarjana arsitektur ITS tersebut.

Hal itu sejalan dengan cita-cita mendiang Ciputra, sang pendiri UC. Begawan ekonomi Indonesia itu memimpikan, 25 tahun lagi akan lahir 4 juta entrepreneur baru di negeri ini. Anak petani, anak nelayan, anak guru, anak buruh, anak pegawai negeri, anak polisi, anak tentara, semua akan menjadi entrepreneur.

BERSAMA Joko Widodo dalam sebuah acara pada 2008. Selain menjadi dosen, Freddy aktif di berbagai
kegiatan kemasyarakatan agar bisa menjadi inspirasi bagi mahasiswa.

 

Dalam praktiknya, selain diajarkan tentang keilmuan, para mahasiswa juga dilatih untuk memiliki naluri bisnis. Termasuk dipandu memasarkan produk, hingga bertemu dengan real client.

’’Dengan bertemu klien langsung, mereka dilatih untuk menempatkan diri. Seperti cara berbahasa yang baik, cara berbusana, cara presentasi, personal branding, dan sebagainya,’’ jelas Freddy. ’’Dengan demikian, mahasiswa tidak perlu menunggu lulus, tapi sejak semester awal mereka sudah mulai membina relasi,’’ tambahnya.

Tags :
Kategori :

Terkait