BARANG-BARANG bersejarah dari Wisma Eri Irianto di Jalan Karanggayam berhasil diselamatkan dari penjarahan. Dinas Kepemudaan dan Olahraga (Dispora) Kota Surabaya sementara memindahkanya ke ruang ganti pemain di Gelora Sepuluh November (G10N). Barang-barang itu butuh tempat yang lebih layak dan aman.
Kadispora Surabaya Afghani Wardhana siap menampung semua artefak itu. Kebetulan pemkot baru meresmikan Museum Olahraga di Gelora Pancasila. ”Alangkah baiknya bila disimpan di Museum Olahraga Surabaya. Itu akan menambah koleksi piala kita,” kata Afghani kemarin (29/8).
Saat diresmikan Menteri Sosial Tri Rismaharini 8 Mei lalu, koleksi museum hanya 235 item. Ratusan koleksi tersebut terbagi menjadi tiga jenis. Pertama, koleksi historika yakni koleksi yang diperoleh dari hasil temuan, hasil ekskavasi, atau bukti materiil bersejarah berjumlah sekitar 169 buah.
Kedua, koleksi heraldika yang berisi medali, piala, piagam penghargaan atau jasa sebanyak 65 buah. Ketiga, koleksi teknologika terkait benda dengan unsur teknologi berjumlah satu buah.
Koleksi terkait sepak bola masih sangat minim. Nuansa Persebaya dan Bonek belum menghiasi museum yang terletak di Jalan Padmosusastro itu. “Akan cocok bila koleksi Persebaya disimpan di Gelora Pancasila yang punya nilai sejarah olahraga tanah air,” lanjut mantan sekretaris DPRD Surabaya itu.
Afghani akan berkoordinasi dengan PT Persebaya Indonesia beserta stakeholder-nya terkait masalah ini. Pemkot dan Persebaya masih bersengketa terkait keberadaan Wisma Persebaya dan Lapangan Karanggayam.
Tokoh Bonek Tulus Budi sepakat dengan Afghani. Pemkot dan Persebaya harus bertemu. “Harus dibicarakan solusi jangka panjangnya bagaimana. Siapa tahu ini juga jadi momentum untuk islah,” ujar Cak Tulus, sapaan akrabnya.
Pertemuan itu juga harus mengundang kurator museum sebagai pihak yang netral. Selain itu, status barang-barang bersejarah itu juga harus disepakati jika dipindahkan ke Museum Olahraga Surabaya. Bisa dihibahkan atau hanya dipinjamkan sampai status hukum Wisma Persebaya clear.
Tulus juga mengusulkan jalan tengah. Barang-barang dengan nilai kesejarahan tinggi diduplikasi. Hasil replikanya lalu ditampilkan di museum. Sementara barang yang asli disimpan agar tidak rusak.
Misalnya Jersey Eri Irianto yang sudah tak terawat dan dipenuhi debu. Agar yang asli tidak rusak, museum bisa menampilkan replika Jersey yang dipakai pada Liga Bank Mandiri (1999-2000) itu. (Salman Muhiddin)