JIBRIL Alfaro Putra Hakim berjaga di depan gerbang sekolah sejak pukul 06.00 kemarin. Siswa kelas 5 SDN Airlangga 1 itu sebenarnya belum bisa melaksanakan pembelajaran tatap muka (PTM). Namun ia kebagian jadwal piket sebagai Satgas Sekolah Tangguh.
Tugas Alfaro memastikan siswa yang simulasi melaksanakan protokol kesehatan ketat. Bila ketahuan, ia siap memarahi murid yang melanggar. ”Meskipun yang masuk siswa kelas 6. Kalau salah tetap ditegur. Memang sudah tugas yang diberikan begitu,” katanya.
Alfaro sangat senang menjalankan tugas sebagai Satgas Sekolah Tangguh. Apalagi sekolah membebaskan dirinya dari pelajaran sekolah kemarin. Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi kemarin meninjau sekolah Alfaro.
Selain ke SDN Airlangga 1, Eri juga melihat pembelajaran tatap muka (PTM) di SMP 17 Agustus, SMP YBPK 1, SDN Kaliasin 1, SMPN 6, dan SMP Giki 2. Saat meninjau SDN Airlangga 1, Eri sempat terkejut. Sebab barang-barang bekas rumah sehat belum dipindah. Sekolah itu memang sempat menjadi rumah sehat saat kasus Covid-19 melonjak.
Eri mengatakan, pemkot sudah meminta sekolah yang menjadi rumah sehat untuk difungsikan kembali ke asal. Apalagi PTM terbatas segera berlangsung. ”Tapi rumah sehat yang ada di SDN Airlangga 1 tidak pernah ada pasien. Jadi aman kok,” ujar mantan kepala Bappeko itu.
Pemkot ingin berhati-hati ketika PTM terbatas berlangsung. Untuk sekolah yang sudah pernah simulasi, siswa yang ikut PTM hanya 25 persen dari kapasitas sekolah. Sedangkan sekolah yang simulasi hanya diikuti dua kelas, siswa yang ikut PTM hanya seperempat dari total dua kelas tersebut.
Kepala SDN Airlangga 1 Matra I Faridhin mengatakan, simulasi kemarin hanya diikuti 20 siswa. Semua atas persetujuan dari wali murid. Sebenarnya sekolah tersebut sudah pernah mengajukan izin kepada wali murid pada Juni lalu. Saat itu hampir 90 persen wali murid setuju PTM. Namun setelah kasus Covid-19 melandai, wali murid yang setuju turun menjadi 80 persen.
Kabid Sekolah Dasar Dinas Pendidikan Kota Surabaya M. Aries Hilmi mengatakan, tidak ada lagi gedung sekolah yang dipakai untuk rumah sehat. Semua sudah kembali pada fungsinya. Sedangkan untuk kasur rumah sehat, bisa digunakan sebagai tempat Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). Namun bila pihak kecamatan ingin memakai kasur tersebut, Dispendik tidak mempermasalahkan.
Sampai kemarin ada 88 SD yang menggelar simulasi. Sedangkan SMP ada 15 sekolah yang melaksanakan PTM terbatas dan 80 sekolah yang menggelar simulasi. Perbedaan simulasi dan PTM terbatas hanya terletak pada jumlah kelas yang beroperasi.
Aries mengatakan semua sekolah yang melaksanakan simulasi akan dievaluasi. Bila sudah sesuai aturan, sekolah yang simulasi bisa memulai PTM terbatas. ”Semua sekolah wajib merekam kegiatan mereka saat simulasi. Kami akan evaluasi melalui itu. Kalau tidak sesuai, akan kami tegur dan statusnya tetap simulasi terus,” ujarnya.
Pada pelaksanaan tatap muka ini, siswa hanya belajar selama dua jam. Sisanya terserah sekolah. Pelajaran bisa dilanjutkan dengan pemberian tugas. Sedangkan siswa yang ikut PTM akan digilir. Untuk sementara, kata Aries, siswa hanya masuk sekali dalam seminggu.
Pembina Perhimpunan Sarjana dan Profesional Kesehatan Masyarakat (Persakmi) Estinigtyas Nugraheni meminta keterlibatan orang tua dalam PTM. Baginyi yang terpenting sekarang adalah mengingatkan siswa untuk taat prokes. Pengawasan terhadap anak menjadi hal utama. ”Bukan hanya PTM yang berisiko. Tapi ketika anak sudah keluar ruangan,” ujarnyi. (Andre Bakhtiar)