GUBERNUR Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menyatakan bahwa 38 kabupaten/kota sudah bebas dari PPKM level 4. Kini daerah tersebut rata-rata masuk level 2. Sebanyak 18 daerah masuk level 3, 19 daerah masuk level 2, dan 1 daerah berhasil masuk level 1.
”Berdasarkan asesmen situasi Kementerian Kesehatan, per hari ini, alhamdulillah tidak ada lagi daerah yang masuk level 4,” ujarnyi. Kondisi itu juga merupakan efek dari asesmen sebelumnya. Yakni, Jatim terbebas dari zona merah.
Dunia pariwisata pun mulai digeliatkan dengan perlahan. Sebanyak 21 objek wisata dibuka. Semua objek wisata itu di daerah yang masuk level 2 dan level 3. Yaitu, Kota Batu, Kabupaten Probolinggo, dan Kabupaten Banyuwangi.
”Semuanya sudah mulai persiapan,” ujar Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jatim Sinarto kemarin (9/9). Menurutnya, 21 objek wisata tersebut sebagai uji coba. Sekaligus sebagai percontohan bagi daerah lain.
Di Kota Batu, terdapat dua objek wisata yang diuji coba. Yakni, Jatim Park dan Taman Rekreasi Selecta. Di Kabupaten Probolinggo lebih banyak lagi. Ada sembilan objek wisata. Mulai Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, Air Terjun Madakaripura, hingga Puncak B30. Begitu juga dengan Kabupaten Banyuwangi. Ada sepuluh objek wisata yang dibuka.
Sinarto mengatakan, seluruh objek wisata tersebut dibuka karena memenuhi syarat. Yakni, tenaga kerja pariwisata sudah divaksin. Objek wisata tersebut juga memiliki sertifikat CHSE. ”Jadi, biar semuanya aman. Tentu penerapan protokol kesehatan pun harus disiplin. Termasuk penggunaan aplikasi PeduliLindungi,” jelasnya.
Semua tata kelola juga telah disesuaikan. Pembelian tiket hanya melalui online dan kuota pengunjung dibatasi. Misalnya, untuk kawasan wisata Bromo. Tidak semua objek wisata di sana dibuka.
”Area wisata kawah dan pasir masih belum. Pengunjung hanya boleh ke penanjakan satu, bukit cinta, dan spot sunrise,” ujar pengelola transportasi jip Bromo Rachmad Mardi Hartanto.
Menurutnya, pemulihan wisata bakal berjalan lambat. Banyak yang masih takut berwisata. Sebab, kata Hartanto, selama ini pengunjung wisata Bromo mayoritas orang kota. ”Kalau orang kota kan disiplin. Banyak yang takut mau main. Jadi, hitungannya masih berat meski boleh dibuka,” katanya.
Epidemiolog Universitas Airlangga Windhu Purnomo meminta pengelola wisata bisa disiplin dalam skrining pengunjung via aplikasi PeduliLindungi. Sebab, ia menemui banyak kasus pelonggaran. Padahal, aplikasi itu sangat efektif sebagai upaya menurunkan risiko penularan.
”Saya lihat di mal gak terlalu ketat. Ada yang belum vaksin, tapi bisa lolos karena mereka mungkin pakai HP orang lain. Saya minta aplikasi tersebut harus benar-benar dimanfaatkan dan dijalankan dengan baik,” tegasnya. (Mohamad Nur Khotib)