Saat usia kandungan Selvia Wetty, istri Dimaz Muharri, masih enam bulan, nama sang bayi sudah disiapkan. Nama yang sudah disiapkan itu akhirnya hanya dipakai beberapa hari. Atas saran saudara, nama bayi akhirnya diganti.
---
ANAK Dimaz dan Selvia lahir 7 Mei 2017. Pukul 07.40. Prematur. Kondisi kandungan Via –sapaan Selvia Wetty– memasuki bulan ketujuh mengkhawatirkan. Situasi kehamilan 2015 terulang. Air ketuban kering, bayi tidak bisa menyerap makanan dari ibunya. Bayi yang masih 7 bulan di kandungan itu harus dikeluarkan agar selamat.
Saat berada di rumah sakit, dokter memanggil Dimaz. Hanya berdua. Dokter memberi tahu bahwa harus segera dilakukan operasi caesar. Untuk mengeluarkan bayi di perut Via. Situasinya darurat.
"Tolong selamatkan anak saya, Dok. Kalau tidak selamat, mungkin istri saya bisa gila," kata Dimaz kepada Prof Ferry, dokter yang menangani Via di RS Mitra Keluarga Satelit, Surabaya.
Dimaz tidak berani bilang ke Via bahwa situasinya begitu gawat. Ia hanya bilang bahwa harus segera operasi caesar dan kondisi bayinya baik-baik saja. Ini operasi caesar kedua buat Via. Operasi pertama pada 2015 saat mengandung almarhum Qaqa Muharri. Saat Qaqa meninggal di dalam kandungan dan harus dikeluarkan.
Operasi caesar akhirnya dilakukan setelah Subuh. Berhasil. Anak Dimaz dan Via hanya berbobot 1,06 Kg. Kecil sekali. Dimaz bergegas menemui sang anak di NICU untuk azan di kuping bayi. Nama bayi itu sudah ditentukan: Orijo Selvdi Muharri.
AKIO dan Selvia Wetty saat merayakan ulang tahun ke-4 Akio. (Foto: Dokumentasi Dimaz Muharri)Di NICU, Orijo dimasukkan inkubator dengan berbagai selang. Saat sibuk menatap Orijo, Dimaz dipanggil lagi oleh dokter. Ia diberi tahu bahwa ada miom di rahim Via. Jumlahnya 4 buah. Bila Dimaz setuju, segera dilakukan operasi untuk membuang miom tersebut. "Saya langsung setuju,'' kata pebasket yang berulang tahun pada 17 September itu.
Pagi itu, Via menjalani dua kali operasi. Operasi caesar dan operasi pengangkatan miom. Semua berhasil. Lima jam setelah operasi kedua itu, Via baru sadar. "Saya tanya ke Via, bagaimana bayinya saat lahir," ujar mantan point guard CLS Knights itu. Saat operasi, Dimaz tidak diizinkan masuk ruang operasi.
"Bayinya nangis kenceng banget," kata Via kepada Dimaz. Via hanya ingat itu. Tak lama setelah mendengar tangis bayi, Via tertidur. Efek bius.
Siang itu, Via ingin melihat bayinyi yang ditaruh di NICU. Tentu saja semua melarang. Via baru menjalani operasi. Namun Via memaksa. Ia tidak sabar ingin melihat bayinyi. Akhirnya malam hari, Via diantar ke ruang NICU menggunakan kursi roda. Tangisnya pecah. Tangis kebahagiaan. Akhirnya ia punya bayi.
Setelah empat hari dirawat, Via boleh pulang. Tapi Orijo tidak boleh dibawa. Kondisinya masih lemah. Setiap hari, Dimaz dan Via datang ke rumah sakit. Siang hingga malam. "Saya bilang ke Via, aku mau antar tidap hari ke RS. Tapi harus ingat kondisinya habis operasi," ujar Dimaz.
LIBURAN Dimaz Muharri bersama istri dan anak ke Jepang tahun lalu. Mereka berfoto di dekat patung Hachiko di depan Stasiun Sibhuya, Tokyo. (Foto: Dokumentasi Dimaz Muharri)Benar saja, hari kelima menengok Orijo, Via dimarahi perawat. Ia diminta tidak terlalu lama menengok bayi. Sebab, kondisi Via sebenarnya belum pulih benar. Setelah itu, Dimaz dan Via datang ke RS setiap malam. Tidak terlalu lama.
Suatu hari, Dimaz Diberi tahu dokter jantung bahwa ada masalah pada jantung Orijo. Katup jantung bayinya terbuka. Kondisi sang bayi drop. Perasaan Dimaz campur aduk. Bingung. Ia tidak mau Via tahu. Namun ternyata Via tahu juga dari salah seorang perawat. Namun dokter membesarkan hari Dimaz dan Via bahwa kejadian itu biasa terjadi pada bayi yang lahir prematur.
Dimaz pun menelepon saudaranya yang biasa menghitung nama bayi. Menurut saudaranya itu, nama Orijo tidak cocok. Akan mendatangkan malapetaka. Nama itu harus diganti hari itu juga. Tidak boleh terlalu lama memakai nama Orijo. "Saya minta nama saja ke beliau. Yang penting ada Muharri di belakangnya," kata pemilik nomor sepatu 45 itu.