Namun, Epidemiolog Unair Windhu Purnomo berpendapat lain. Menurutnya, angka tracing memang meningkat. Hanya saja tidak diimbangi dengan peningkatan testing. Masih ada beberapa daerah yang upaya tracing-nya banyak, tapi testing-nya tidak memadai.
”Saya dengar slentingan ada data-data yang tidak riil di lapangan. Beberapa juga manipulatif. Karena ada orang-orang di Forkopimda yang hanya kejar target saja,” jelasnya.
Windhu juga menjelaskan bahwa wilayah di Jatim belum ada yang masuk level 1. Itu mengacu pada Inmendagri Nomor 43 tahun 2021. Yakni 12 daerah masuk level 2 dan 26 daerah masuk level 3. Apalagi Surabaya Raya. Yang masuk wilayah aglomerasi Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo, dan Lamongan (Gerbang Kertasusila).
Sebab, kata Windhu, untuk mencapai level 1 harus mempertimbangkan cakupan vaksinasi. Tentu di 6 daerah itu. Jadi, tidak cukup hanya asesmen situasi saja. ”Kalau asesmen situasinya, Surabaya memang masih level 1. Tapi kalau secara nyata ya masih level 3,” jelasnya. (Salman Muhiddin-Mohamad Nur Khotib)
(Grafis: Rozi Ramdhani-Harian Disway)