Dengan semangat itulah, para aktivis antikorupsi seperti Haris Azhar dan kawan-kawan berusaha melakukan kontrol terhadap kemungkinan abuse of power yang dilakukan para pejabat negara. Haris mengungkap berbagai data yang menunjukkan hubungan Jenderal Luhut Binsar Pandjaitan dengan sejumlah kegiatan bisnis besar di berbagai tempat.
Luhut Pandjaitan terkenal sebagai jenderal yang cerdas dan cerdik. Karena itu, wajar kalau Presiden Jokowi memercayai Luhut untuk memimpin tugas-tugas besar yang strategis. Bahkan, Jokowi memercayai Luhut untuk memimpin satuan tugas yang berada di luar portofolio Luhut sebagai menteri koordinator maritim dan investasi.
Penunjukan Luhut sebagai ketua tim penanganan Covid-19 terbukti membawa hasil yang bagus. Sekarang Jokowi menunjuk Luhut sebagai ketua Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia. Keterampilan Luhut dan kecerdasaan politiknya sangat dibutuhkan Jokowi. Luhut bisa menjalankan tugas-tugas yang biasanya dijalankan seorang perdana menteri.
Karena perannya yang sangat strategis di pemerintahan itu, Luhut juga menjadi wajah utama pemerintahan Jokowi. Luhut harus bersih dari semua kecurigaan abuse of power. Karena itu, untuk menjawab kecurigaan Haris Azhar, seharusnya Luhut menjelaskan kepada publik bahwa ia tidak berbisnis.
Sikap Luhut yang melaporkan Haris ke polisi adalah hak pribadi sebagai warga negara. Namun, akan lebih elok kalau Luhut secara terbuka membeberkan bukti-bukti untuk membantah kecurigaan Haris Azhar. Sikap itu lebih elegan, lebih demokratis, dan tidak terkesan main kuasa.
Sikap Luhut itu akan menjadi cermin wajah pemerintahan Jokowi yang sesungguhnya. Rocky Gerung mengatakan, kalau mau lihat wajah pemerintahan Jokowi, lihatlah wajah Ali Mochtar Ngabalin. Rocky agak bercanda soal itu.
Mungkin akan lebih tepat, jika ingin lihat wajah pemerintahan Jokowi, lihatlah wajah Luhut Binsar Pandjaitan. (*)