SEBULAN terakhir, suhu di Semenanjung Korea meningkat. Awal bulan ini Korea Utara baru saja melakukan uji coba rudal jarak jauh. Lalu dibalas oleh Korea Selatan dengan melakukan uji coba rudal balistik bawah air. Kejadian itu selalu berulang. Seakan dua negara itu tidak pernah bisa didamaikan. Setelah Perang 1950-1953, kedua negara belum pernah secara resmi berdamai. Saat itu hanya gencatan senjata.
Perkembangan terakhir agak menyejukkan. Korea Utara telah menyampaikan keinginan untuk berdamai. Syaratnya, Amerika Serikat harus menghapus kebijakan bermusuhan dan standar ganda. Meski tidak merinci maksud dari kebijakan bermusuhan itu, namun Kim Yo-jong, adik pemimpin Korut Kim Jong-un, mengisyaratkan bahwa mereka sebenarnya bermusuhan dengan Amerika Serikat. Bukan dengan Korsel.
Presiden Korsel Moon Jae-in di Majelis Umum PBB juga menyerukan untuk mengakhiri perang secara resmi. Korsel selama ini berusaha mengakhiri perang selama beberapa dekade. Namun terhalang oleh Amerika Serikat. Korut dan Korsel sama-sama menginginkan perundingan. Siapa yang tidak ingin melahirkan stabilitas. Rasanya dua negara itu sudah sama-sama lelah berkonflik.
Lima tahun silam, saya berkesempatan ke Korea Utara. Ke Pyongyang dan Sinuiju. Sinuiju adalah kota yang berbatasan langsung dengan Dandong, Tiongkok. Hanya dibatasi Sungai Yalu. Sinyal handphone dari Dandong sampai ke Sinuiju. Saya bisa mengaktifkan HP di Sinuiju. Termasuk mengirim dulu file-file dan foto penting lalu mengosongkannya sebelum diperiksa di perbatasan Korut-Tiongkok yang superketat.
Warga Korut rata-rata tidak menganggap Korsel sebagai musuh. Warga Korsel, bagi mereka adalah saudara. Saat berkunjung ke Museum Perang di Pyongyang, petugas museum juga sama sekali tidak pernah mendiskreditkan Korsel. Mereka selalu menyebut Korsel sebagai saudara mereka. Musuh mereka adalah Amerika Serikat.
Oleh karena itu, perjanjian damai Korsel-Korut sebenarnya sangat mungkin terwujud apabila Amerika Serikat tidak ikut campur. Korsel yang harus mengambil sikap lebih tegas kepada Amerika Serikat bahwa mereka ingin stabilitas di Semenanjung Korea.
Ada satu tokoh yang tepat menjadi juru damai antara Korsel dan Korut. Dia seorang perempuan: Megawati Soekarnoputri. Putri Proklamator Bung Karno itu sangat dihormati. Terutama di Korut. Soekarno adalah tokohyang begitu dipuja oleh warga Korut. Saat di Korut, setiap kali memperkenalkan diri dari Indonesia, mereka langsung menyebut nama Soekarno.
Saat pendiri Korut Kim Il-sung berkunjung ke Indonesia, oleh Bung Karno diberi hadiah sebuah bunga sejenis anggrek dari Kebun Raya Bogor. Bunga itu diberi nama Kim Ilsungia. Sejak itu Kim Ilsungia menjadi bunga nasional di Korut. Setiap tahun, di bulan April, diadakan Festival Kim Ilsungia.
Korsel juga cukup dekat dengan Megawati. Dua tahun lalu, Megawati diundang untuk berbicara di DMZ International Forum on the Peace Economy, di Hotel Lotte, Seoul. Dia diminta berbicara tentang konsep perdamaian Korut dan Korsel. Saat itu, Megawati menawarkan konsep demokrasi yang ada dalam Pancasila. Intinya berdialog tanpa ada dominasi dari salah satu pihak.
Indonesia akan dicatat dalam sejarah dua negara apabila Megawati berhasil menjadi juru damai. Presiden Joko Widodo melalui Menteri Luar Negeri Retno L.P. Marsudi bisa mengusulkan itu kepada PBB. (*)
*) Pemimpin Redaksi Harian Disway