PEMKOT Surabaya mulai menggenjot perekonomian. Salah satunya dengan memberikan pinjaman dengan bunga rendah. Khususnya untuk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Pinjaman itu akan diberikan melalui badan usaha milik daerah (BUMD). Yakni Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Surya Artha Utama.
Dirut BPR Surya Artha Utma Reni Wulandari mengatakan, program itu bernama pinjaman UMKM Surabaya pasti tangguh (Puspita). Dia mengatakan pinjaman itu memiliki bunga yang ringan. Setahun hanya dikenakan bunga 3 persen.
Puspita merupakan bagian dari program pemulihan ekonomi nasional. Program itu sudah berjalan sejak Mei lalu. Sampai bulan Agustus sudah ada 419 UMKM yang dibiayai program tersebut. Reni menjelaskan sebenarnya perusahaannya memiliki anggaran Rp 2 miliar untuk Puspita. Namun baru terserap Rp 1 miliar.
Reni menjelaskan, tidak ada kriteria khusus. Asalkan memenuhi persyaratan perbankan secara umum. Seperti eksistensi usaha, kemampuan pengembangan usaha. Serta memiliki sumber daya manusia (SDM). ”Seperti pedagang makanan, penjahit semua bidang bisa,” katanyi.
Rencananya program itu akan berlangsung sampai akhir tahun 2022. Harapannya UMKM yang terdampak pandemi bisa kembali bangkit.
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mengatakan, selain pinjaman, yang terpenting adalah pendampingan UMKM. Sehingga usaha rakyat tersebut bisa terus eksis. Bahkan bisa kembali pulih setelah dihantam pandemi.
Eri juga menginstruksikan kepada perangkat daerah pemkot melakukan pendampingan kepada UMKM. Agar mereka tidak merugi. ”Kami bakal pantau terus pendapatannya. Kami dukung peralatan yang dibutuhkan. Bahan baku dan lain sebagainya,” ungkap ayah dua anak itu.
Sementara itu, Wakil Ketua Komisi B DPRD Surabaya Anas Karno mengatakan, ada 24 ribu UMKM yang tersebar di Surabaya. Namun hanya 800 usaha yang masih eksis sampai saat ini. Sebagian besar merupakan pelaku usaha yang terdaftar agar mendapat bantuan dari pemerintah pusat.
Bagi Anas, yang terpenting adalah pendampingan dan pemasaran untuk para UMKM. Salah satunya dengan membangun digitalisasi produk untuk UMKM. Serta memberikan tempat seperti di mal dan hotel agar semakin dikenal.
Politisi PDI-Perjuangan itu juga mendorong UMKM agar menggunakan platform digital untuk menjual produk. ”Sebab para pembeli sudah memakai smart phone. Jadi para UMKM juga harus bisa menyesuaikan diri,” katanya.
Rencananya pemkot juga akan membuat platform digital untuk pasar tradisional. Ada tiga marketplace yang bakal digandeng Gojek, Grab dan Shoppe.
Meski begitu, Anas meminta agar platform tersebut dibentuk tidak asal-asalan. Setidaknya harus didesain sampai menghadirkan pengalaman berbelanja langsung di pasar tradisional. Pengalaman melihat langsung barang, sampai tawar menawar harus bisa dihadirkan dalam platform tersebut. ”Platform harus bisa menghubungkan pedagang dengan para pemasok,” katanya. (Andre Bakhtiar)