BESOK (12/10) Jawa Timur genap berusia 76 tahun. Harian Disway, baik platform cetak maupun online (www.disway.id), mulai edisi besok akan menurunkan laporan selama tiga hari. Khusus untuk mengapresiasi Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa yang berhasil menggalang kolaborasi untuk keluar dari krisis selama pandemi Covid-19.
Kasus Covid-19 di Jawa Timur kini melandai. Situasinya sudah tidak genting lagi. Dan ini bukan sulapan. Ini adalah hasil kerja keras semua pihak yang bekerja bagaikan orkestra. Khofifah menjadi konduktor dari orkestra besar itu.
Kemarin, kasus kematian karena Covid-19 di Jatim hampir saja nihil. Per 10 Oktober 2021, hanya ada tiga kasus kematian karena Covid-19. Padahal Juli lalu pernah mencapai 345 kasus kematian dalam sehari.
Jawa Timur juga menjadi satu-satunya provinsi yang situasi Covid-19-nya masuk level 1. Itu berdasarkan asesmen dari Kementerian Kesehatan. Sejumlah epidemiolog bahkan menduga bahwa sudah terjadi herd immunity di Jatim. Meskipun sejak ada varian delta, sudah tidak relevan lagi membicarakan herd immunity. Tapi kenyataan di lapangan memang menunjukkan situasi bukan pandemi.
Jumat (8/10) lalu saya dan tim Harian Disway berdiskusi dengan gubernur terkait dengan perkembangan pandemi Covid-19 di Jatim. Diskusi itu sangat asyik. Bukan saja karena tempatnya di gazebo belakang Gedung Negara Grahadi yang berada di pinggir Kalimas itu. Tetapi juga karena sambil makan durian dari Wonosalam, Jombang, dan minum wedang anti-korona. Ini minuman yang hanya ada di Grahadi.
Dalam diskusi itu, gubernur menceritakan bagaimana dia sangat berterima kasih dengan Kapolda Jatim, Pangdam V/Brawijaya, dan Pangkoarmada II yang juga berkontribusi besar dalam penanganan Covid-19. "Selalu saya katakan, bila Jatim batuk, droplet-nya sampai ke seluruh Indonesia," kata Khofifah.
Selain vaksinasi, yang dilakukan juga menjaga situasi di Jatim tetap kondusif. Penyekatan dan pembatasan-pembatasan yang dilakukan selama penanganan Covid-19 rawan menimbulkan gesekan. Dan itu semua bisa dilalui dengan baik.
Kondisi Covid-19 yang melandai ini menjadi modal bagi Jatim untuk bangkit. Bangkit di segala bidang. Terutama di bidang ekonomi. Modal besar sudah didapat. Pada triwulan kedua lalu, pertumbuhan ekonomi Jatim mencapai 7,05 persen. Diumumkan pada Agustus 2021 oleh Badan Pusat Statistik.
Padahal saat itu, Covid-19 sedang ganas-ganasnya. Gelombang kedua Covid sedang mengamuk. Jatim sering menjadi ranking satu kasus baru maupun kasus kematian karena Covid-19. Strategi rem dan gas yang dilakukan gubernur terbukti efektif.
Khofifah begitu bangga saat menceritakan bahwa Jawa Timur saat ini adalah penghasil padi terbesar di Indonesia. Padahal gelar itu selama ini dipegang oleh Jawa Tengah. Tahun ini, Gubernur Jateng Ganjar Pranowo harus memberi selamat kepada Khofifah.
Maka dari itu, kado Hari Jadi ke-76 Jawa Timur begitu istimewa. Selain angka Cobid-19 yang terus membaik juga denyut ekonomi semakin terasa. Kebangkitannya benar-benar bisa dirasakan oleh masyarakat.
Pekerjaan rumah Jatim saat ini adalah menggenjot vaksinasi. Terutama di wilayah Madura. Persentase warga yang sudah divaksin di Bangkalan, misalnya masih sangat rendah. Belum mencapai 30 persen. Padahal Surabaya saja untuk dosis pertama sudah lebih dari 100 persen.
Pekerjaan rumah berikutnya adalah pemulihan ekonomi. Terutama sektor-sektor yang sempat kolaps selama pandemi. Kemiskinan di Jatim memang berkurang 13.240 jiwa pada Maret 2021. Namun, persentasenya masih di atas persentase kemiskinan nasional. Persentase kemiskinan Jatim 11.40 persen. Sedangkan nasional 10,14 persen.
Oleh karena itulah Jatim menjadi percontohan program pengentasan kemiskinan ekstrem. Ada lima kabupaten yang dijadikan pilot project, yakni Bangkalan, Probolinggo, Bojonegoro, Sumenep, dan Lamongan. Jumlah penduduk miskin ekstrem di Jatim mencapai 4,4 persen atau 1.746.990 jiwa.
Mereka yang tergolong miskin ekstrem itu memiliki kemampuan belanja USD 1,9 per hari atau sekitar Rp 27 ribu. Dan dari studi yang ada, selain untuk makan, uang segitu juga untuk membeli rokok. Maka, jangan heran bila Jatim juga mendapat cuan atau dana bagi hasil tertinggi di Indonesia dari cukai tembakau. Nilainya Rp 3,47 triliun.