Namun mereka harus lebih aktif. Kegiatan Posyandu tidak dilakukan dengan mengumpulkan massa. Sebanyak 5 kader keliling untuk memantau kondisi balita. Untungnya tidak ada bayi stunting atau kurang gizi di lingkungannyi.
Selain memantau perkembangan bayi, posyandu juga mendatangi rumah ibu hamil. Tim melibatkan jaringan dasawisma untuk membantu pemantauan. “Jika ada yang ibu hamil yang terkena Covid-19, dasawisma langsung lapor ke kami,” ujarnyi.
Masalah akan rumit jika ada ibu hamil dengan KTP luar kota yang terpapar Covid-19. Posyandu tidak bisa menjangkau mereka.
Sita mengadu ke dr Erwin agar sekat itu sebaiknya dihilangkan. Penanganan kesehatan berdasar KTP harus dihapus untuk menyelamatkan banyak nyawa. “Semoga saran saya didengar,” lanjut perempuan yang juga menjadi guru Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) itu.
Keberadaan posyandu sangat vital di Jatim. Hingga kini jumlah posyandu yang sudah terbentuk mencapai 46.733 titik. Mereka berperan dalam pemantauan balita, keluarga berencana, imunisasi, gizi anak, hingga pencegahan diare.
Jatim beruntung punya banyak posyandu. Upaya kesehatan bersumber daya masyarakat itu sangat membantu saat pandemi. (Salman Muhiddin)POSYANDU SEMANGKA yang ditinjau oleh Ketua Tim Penggerak PKK Jatim Arumi Bachsin di Kabupaten Kediri, Februari.
(foto: Humas Pemprov Jatim)