Momentum Perbaikan Kesehatan

Selasa 12-10-2021,04:00 WIB
Editor : Doan Widhiandono

PENANGANAN Kesehatan non-Covid-19 sempat terbengkalai saat pandemi. Apalagi saat gelombang kedua Covid-19 menyerang. 

“Kemarin kita sempat tiarap karena harus fokus pandemi. Bukan sengaja tiarap. Tapi kondisi pasien tidak mungkin ditangani,” kata Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Jatim dr Erwin Astha Triyono saat ditemui di RS Lapangan Indrapura Sabtu (9/10). Banyak pasien takut memeriksakan diri ke puskesmas atau ke rumah sakit.

Di sisi lain RS juga penuh dengan pasien Covid-19. Jangankan ruang rawat inap, instalasi Gawat Darurat (IGD) RS banyak yang ditutup. Termasuk di RSUD dr Soetomo, tempat praktik dr Erwin.

Setelah tenaga kesehatan (nakes) di seluruh Jatim bekerja keras, situasinya berangsur membaik. Boleh dibilang kasus Covid-19 di seluruh wilayah Jatim sudah terkendali. Pelayanan posyandu, puskesmas, dan RS juga berangsur normal.

RS lebih lengang. Operasi yang sempat tertunda bisa digelar sekarang. Semua penanganan jenis penyakit bisa digencarkan sekarang. “Sekarang momentumnya. Program-program yang sempat mandek kami jalankan lagi,” ujar Kadinkes yang baru menjabat selama satu bulan itu.

Ada banyak program penanganan kesehatan yang sempat terkendala pandemi. Mulai kesehatan ibu, kesehatan anak, imunisasi, gizi balita, pengendalian penyakit menular, hingga keselamatan lingkungan.

Banyak program yang tidak jalan karena pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM). Acara penyuluhan yang seharusnya digelar secara tatap muka sempat dilarang. 

Salah satu indikator yang memprihatinkan adalah angka kematian ibu (AKI) per 100 ribu kelahiran. Secara nasional nilainya meningkat. Di Jatim angkanya meningkat dari 89,81 (2019) ke 98,39 (2020).

Kenaikan kasus terjadi karena banyak ibu hamil tertular Covid-19. Kondisi ibu dan bayinya sangat rentan jika tertular. “Nah, sekarang ibu hamil bisa kontrol teratur. Kalau dulu mereka di rumah saja, takut Covid,” kata dokter 52 tahun itu.

Anggaran penanganan kesehatan yang sempat tertahan kini juga bisa mengucur. Ada sisa tiga bulan untuk menjalankan program yang belum terealisasi. Dengan begitu anggaran bisa terserap.

Erwin menemui salah satu Tokoh Posyandu Jatim Sita Pramesthi di RSLI. Sita menjadi relawan pendamping keluarga pasien Covid-19 di sana.

Keberadaan Posyandu sangat diandalkan di Jatim. Ada banyak urusan sosial yang bisa mereka selesaikan. Dengan begitu kinerja nakes bisa difokuskan ke urusan Covid-19.

Namun saat gelombang kedua menyerang, kegiatan posyandu juga terhambat. Pemerintah melarang pertemuan tatap muka saat pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM).

Kader Posyandu Terbaik Jatim 2011 itu tidak membuka layanan selama dua bulan saat serangan gelombang kedua. Tak ada kader yang berani mengumpulkan massa. “Sekarang baru berani nimbang balita lagi,” kata Pendiri Posyandu Delima Kejawan Putih Tambak itu.

Tags :
Kategori :

Terkait