Dikisahkan, di awal pandemi, 2 Maret 2020, semua orang kaget. Dunia pendidikan syok berat. Dosen dipaksa harus beralih dari pembelajaran tatap muka ke daring.
Padahal, di sana banyak dosen senior (jelasnya usia tua) yang kurang beradaptasi dengan internet walau dalam bentuk sederhana.
Asep: "Waktu itu kami siapkan 2 kali training bagi dosen yang kurang memahami teknologi informasi (TI). Bahkan, kebijakan kami memberikan yang paling mudah bagi beliau-beliau. Yang penting, pembelajaran tetap berjalan."
Perubahan yang terjadi:
1) Pergeseran investasi dari fisik bangunan ke teknologi informasi (sisi infrastruktur) untuk mendukung pembelajaran.
2) Sisi SDM terjadi pergeseran dari konvensional ke IT system, itu juga perlu pembiayaan investasi.
3) Mempersiapkan seluruh kurikulum dan sistem pembelajaran yang didukung IT system tadi.
Tim TI membimbing dan training dosen dalam membuat materi. Misalnya, membuat slide Power Point atau video dengan animasi dan suara. Kombinasi video-audio.
Dibuatkan tim teaching, kolaborasi ilmu dari yang sepuh dengan teknis TI dari anak-anak muda usia. Dalam pelaksanaan kuliah, dosen masih didampingi tim TI.
Intinya: Itu semua butuh biaya... biaya... biaya...
Itu dulu. Tahun lalu. Sekarang semuanya berjalan lancar. Civitas academica sudah berubah habit. Dari konvensional ke era pandemi. Kini sudah stabil dan semua merasa nyaman.
Sementara itu, kampus ditinggalkan kosong zonk, selama hampir dua tahun ini. Meski sudah ada perawatan, sebagian peralatan sudah rusak.
Kelak, ketika pemerintah mengembalikan kondisi ke PTM, kebiasaan kembali ke seperti semula. Tapi, kembalinya kondisi juga tidak segampang membalik telapak tangan.
Para dosen dan mahasiswa yang sudah merasa nyaman dengan PJJ diperkirakan bakal sulit lagi jika kembali ke PTM. Sebab, mereka kini merasa lebih nyaman dan efisien dengan PJJ.
Selain itu, Asep menyebut kegalauan lulusan. Sebab, diakui, PJJ memang tidak seefektif PTM. "Tapi, betapapun, kami tetap merindukan PTM," ujarnya.
Terus... bagaimana dengan lulusan zaman korona yang tidak pede karena mereka tidak kuliah maksimal?