Wanita juga Bisa Ngopi

Sabtu 23-10-2021,01:10 WIB
Editor : Heti Palestina Yunani

Mochammad Rizky Agung Syaputra suka banget nongkrong untuk ngopi bareng teman-temannya. Alasan itulah yang mendorongnya membuka NayKopi.

Pertama kali Ekky -panggilan Rizky- membuka coffee shop di Kalibokor Selatan, Surabaya, pada 2019. ”Apalagi waktu itu tren kopi susu lagi nge-hit banget,” tutur Ekky. Konsepnya sederhana. Kalau melihat logonya, orang heran mengapa Ekky memasang figur wanita ya.

Nuansa putih di NayKopi Markas 2.0 yang membuat terasa lebih estetik. (NayKopi untuk Harian Disway)

Padahal kebanyakan orang beranggapan kopi identik dengan kaum laki-laki. Namun  NayKopi yang buka setiap hari mulai pukul 13.00–22.00 itu memang mencoba mematahkan hal itu. ”NayKopi hadir justru terinspirasi dari wanita. Tak heran jika logonya gambar wanita karena pro-wanita,” terangnya.

Para wanita tak segan bercengkerama dengan menikmati sajian kopi yang ramah buat mereka. (NayKopi untuk Harian Disway)

Maksudnya, coffeshop itu ingin ramah untuk wanita. Miniamal nyaman datang tanpa sungkan untuk kongko. ”Kami menyampaikan pesan bahwa kopi tidak semuanya pahit yang itu biasanya enggak disukai wanita. Wanita bisa kok menikmati kopi karena NayKopi menyediakan yang enak buat mereka,” kata Ekky.

Keramaian makin memuncak pada malam hari. Lihat suasana jika dipenuhi oleh anak muda yang nongkrong. (NayKopi untuk Harian Disway)

Yang membungahkan, meskipun dalam masa pandemi, ternyata antusias orang untuk nongkrong minum ngopi tetap tinggi. Pengunjung masih berdatangan meskipun selama Covid-19, NayKopi tetap menjalankan protokol kesehatan. ”Karena itulah, NayKopi membuka coffeeshop yang kedua di Ketintang,” ujar Ekky.

NayKopi di Ketintang itu dinamai NayKopi Markas 2.0. Desain dan konsep Markas 2.0 ini terlihat lebih estetik dengan ruangan yang lebih besar. Terinspirasi coffeeshop di daerah Bandung dan Malang, ada pilihan tempat outdoor dan indoor dengan sentuhan warna serba putih.

Barista yang sedang membuat kopi untuk pelanggan setia. (NayKopi untuk Harian Disway)

”Agar lebih disukai para milenial Surabaya yang doyan nongkrong. Sekaligus nyaman untuk sekadar mencari tempat saat mengerjakan tugas atau kopdar (kopi darat, Red) antar-komunitas. Tempatnya lebih Instagramable. Bisa jadi pilihan untuk mengisi feed Instagram gitu deh,” ungkap Ekky.

Dengan NayKopi sebelumnya, Markas 2.0 ini ada perbedaan. Setidaknya itu dari penataan bar dengan model open bar yang didukung alat-alat yang lebih canggih. Sehingga tak heran, sajian menu kopi di Markas 2.0 bisa dibuat dengan varian yang cukup lengkap. ”Sebenarnya enggak terlalu beda banget. Menunya pun sama,” jelasnya.

Salah satu menu ringan yang disediakan, harganya dijamin enggak bakal menguras kantong. (NayKopi untuk Harian Disway)

Perbedaan ini dirasakan dua sahabat Adella Pramestie Kirana dan Reynaldi Pranata. Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Untag Surabaya itu sering nongkrong di kedua coffeeshop. ”Di Markas 2.0 saya senang karena ada menu baru frappe base yang basic-nya ice blend. Itu direkomendasikan bagi yang enggak suka kopi kayak saya,” kata Adellla.

Di area open bar, hadir beberapa alat kopi yang canggih untuk membuat kopi dengan cita rasa yang nikmat. (NayKopi untuk Harian Disway)

Tags :
Kategori :

Terkait