Jika kondisinya begitu, apakah masih relevan kuliah di jurusan bahasa? Mahasiswa jurusan bahasa atau sastra tidak perlu cemas. Djoko menilai peluang mahasiswa bahasa sangat terbuka lebar. Misalnya ahli di bahasa Rusia, Prancis, atau Belanda. Mereka bisa melanjutkan kuliah ke negara itu.
Atau mahasiswa Sastra Inggris. Mereka bisa melanjutkan kuliah ke bidang komunikasi, jurnalistik, sains informasi, hingga jurusan library .
Ruang kelas XII-10 jurusan bahasa di SMA Negeri 7 di Jalan Ngaglik Surabaya.
(Foto: EKO SUSWANTORO-HARIAN DISWAY)
Dosen Sastra Inggris Universitas Negeri Surabaya (Unesa) Much. Khoiri merasakan dampak persaingan antar kampus itu. Jurusan bahasa mulai tersingkir dari ranking 10 besar jurusan yang paling banyak dicari di Unesa. “Tinggal Sastra Inggris saja yang peminatnya masih tinggi. Di peringkat tujuh,” ujar Alumnus International Writing Program di University of Iowa (1993) itu.
Ada jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Jepang, Jerman, dan Mandarin di Unesa. Jurusan yang dulunya jadi primadona itu perlahan mulai menurun peminatnya.
Jurusan yang paling diminati di Unesa pada Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) berubah. Pertama, ditempati prodi S1 Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum (FISH) dengan jumlah pendaftar sebanyak 1.136. Kuota yang tersedia cuma 37 bangku.
Kedua, diduduki prodi S1 Gizi Fakultas Teknik (FT) dengan jumlah pendaftar sebanyak 971 peserta. Kuota yang tersedia cuma 36 bangku. Ketiga, prodi S1 Manajemen Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB). Sebanyak 1.795 peserta memperebutkan 36 bangku.
Khoiri menekankan lulusan jurusan bahasa harus dibekali dengan kemampuan khusus Agar mampu bersaing. Karena itulah ia menekankan ke mahasiswanya pentingnya menguasai tourism, creative writing, travel writing, hingga journalistic . (Salman Muhiddin)