Komitmen untuk Pelestarian Budaya Tionghoa

Sabtu 30-10-2021,13:28 WIB
Editor : Doan Widhiandono

Ajang Koko Cici (Koci) Jawa Timur 2021 mulai memasuki babak selanjutnya. Para peserta sudah menjalani sesi wawancara dan seleksi awal pada 17 Oktober. Para peserta pun siap berkomitmen pada keterlibatannya dalam ajang pemilihan duta tersebut.

SALAH satu yang menunjukkan semangat luar biasa adalah Carlos Marcellino. Ia adalah mahasiswa Universitas Katolik Widya Mandala jurusan Teknik Kimia. Carlos sudah memantau Koci sejak dari DKI Jakarta. Setelah melihat akun Instagram @kocijatim, ia langsung gabung setelah tahu bahwa acara itu ada juga di Jawa Timur.

“Saya ingin berpartisipasi secara aktif dalam melestarikan kebudayaan Tionghoa di Indonesia. Karena waktu serta akulturasi, kebudayaan Tionghoa sudah jadi bagian dari keanekaragaman. Saya menyadari pengetahuan saya masih kurang. Tapi saya ingin belajar dan tahu lebih banyak dengan ikut Koci. Sekaligus mengasah soft skill dengan membangun relasi yang lebih luas,” katanya.

Carlos berpandangan bahwa masyarakat perlu lebih mengenai kebudayaan Tionghoa sebagai budaya yang unik dan bernilai tinggi sehingga mampu menghilangkan stigma negatif terhadap etnis Tionghoa. Selain itu, dirinya ingin membuka mata masyarakat luas bahwa etnis Tionghoa punya kepedulian tinggi terhadap sesama. Sehingga Bhinneka Tunggal Ika dapat semakin diterapkan.

Pendapat senada disampaikan pula oleh Marcelinus Michael, mahasiswa Universitas Ciputra, jurusan Desain Komunikasi Visual. Ia turut mengetahui informasi terkait Koko Cici Jawa TImur melalui akun Instagram .

“Di zaman sekarang kesadaran akan pelestarian suatu budaya itu sudah susah. Apalagi di golongan generasi Z. Mereka saya rasa lebih tertarik melihat budaya barat atau yang lain,” sebut Marcell.

Hal itu membuat remaja 18 tahun itu merasa prihatin. Dengan ikut Koci, ia berharap dapat berkontribusi nyata. Memajukan atau memperkenalkan pariwisata dan budaya di Jatim, terlebih yang masih punya kaitan dengan budaya-budaya Tionghoa agar budaya tersebut tetap dikenal ke generasi berikutnya.

Lalu ada juga peserta yang masih SMA. Usianya baru 17 tahun. Tapi Jesslyn Michelle, namanya, turut punya motivasi besar untuk ikut Koko Cici Jawa Timur 2021. Ia merasa punya tanggung jawab dalam menjadi bagian untuk mengenalkan budaya Tionghoa.

“Jadi kalau nanti terpilih, saya ingin membuat program pengenalan budaya di media sosial. Utamanya TikTok dan Instagram . Supaya mereka bisa mengetahui segala hal tentang budaya dan pariwisata,” cerita Jesslyn.

Remaja yang hobi banget pada basket itu sekaligus ingin membuka relasi dengan orang baru. Karena menjalin hubungan sosial yang luas dapat memberi manfaat besar dalam hidup. Termasuk mencari rekanan baru yang sevisi. Sehingga, dia tidak sendirian dalam mengenalkan budaya Tionghoa.

Ada lagi Vicky Gabriella, siswi SMKK Mater Amabilis, jurusan Tata Boga. Usianya bahkan lebih muda lagi, yaitu 16 tahun. Dia mengetahui ajang itu setelah diberi tahu salah seorang kakak kelas yang juga peserta edisi tahun lalu.

“Saat ini banyak generasi muda kurang mengerti tentang kebudayaan Tionghoa pada umumnya. Maka dari itu saya ingin lebih mengenalkan dan menjadi salah satu contoh bagi teman-teman serta masyarakat yang lain,” katanya.

Vicky ingin menjadi sosok yang bisa menginspirasi generasi muda lainnya. Sehingga mereka bisa mengenal lebih dalam tradisi atau budaya Tionghoa. Sekaligus mengajak untuk jadi lebih kreatif dalam menyusun strategi pelestarian. “Di Indonesia banyak sekali budaya Tionghoa dari berbagai daerah. Misalnya Palembang, Kalimantan, dan Mojopahit (Mojokerto). Semoga anak-anak muda bisa memberikan dampak positif dalam perkembangan dan pelestariannya,” sebut Vicky.

Datang dari Mojokerto, Nathania Ella masuk kategori peserta termuda dalam Koko Cici Jawa Timur 2021. Usianya masih 16 tahun. Tercatat sebagai siswa di SMAN 1 Puri Mojokerto, kelas 3. Ia mengetahui ajang tersebut dari Robert Sie Narta, peraih Top 6 Koko Cici Jatim 2020. Robert merupakan asisten pelatih wushu Ella.

"Saya ikut Koci untuk menambah relasi, pengalaman berorganisasi, serta mempelajari sekaligus melestarikan budaya Tionghoa. Setidaknya seantero Jawa Timur dulu. Saya merasa keluarga dan orang-orang di sekitar saya sudah mulai abai. Jadi saya harus ambil tindakan," sebut Ella.

Tags :
Kategori :

Terkait