Ingin Hari Pahlawan Libur

Rabu 10-11-2021,14:46 WIB
Editor : Heti Palestina Yunani

Seniman Arul Lamandau ingin mendesak pemerintah agar menetapkan 10 November sebagai hari libur. Caranya, ia mengadakan pertunjukan bermain biola selama 45 jam non-stop. Dimulai 9 November hingga 10 November.

Di bawah Monumen Pers Perjuangan, di remang lampu kota dan lalu-lalang kendaraan, sejak pukul sembilan malam Arul telah bersiap. Ia mencoba rileks. Saat itu Surabaya belum sepenuhnya tertidur.

Suasana masih riuh. Para pengendara memperlambat kendaraannya dan menoleh ke arah tenda. Ada apa gerangan? Mungkin begitu pikir mereka.

Stand pelantang, ampli kecil, bongo dan sebuah biola bersandar di banner besar bertuliskan ”Main Biola 45 Jam Non-stop: Menuju 10 November sebagai Hari Libur Nasional”.

Para pengunjung memadati tempat pementasan yang hanya digelar sederhana di jalur pedestrian di bawah Museum Pers Perjuangan Surabaya. (Rizal Hanafi/Harian Disway)

Beberapa komunitas seni serta komunitas pendaki gunung telah berdatangan. Lampu sorot panggung dinyalakan. Arul terlihat meregangkan tubuhnya. ”Bermain biola selama empat puluh lima jam. Cukup panjang, ya waktunya,” ujarnya.

Ia begitu bersemangat sebelum tampil. Entah bagaimana gelora itu dalam waktu-waktu ke depan. Terlebih hampir dua hari ia harus bermain biola. Bagaimana persiapannya? ”Persiapan fisik tentu ada. Saya sudah melatih semuanya. Sempat juga mencoba tidak tidur dua malam,” tambahnya.

Tujuan Arul mentas kali ini demi mengubah salah satu poin dari Keppres nomor 316, tanggal 16 Desember 1959. Keputusan Presiden yang dikeluarkan oleh Soekarno tersebut menyatakan enam hari bersejarah yang ditetapkan sebagai hari nasional, namun bukan hari libur.

Para pengunjung memadati tempat pementasan yang hanya digelar sederhana di jalur pedestrian di bawah Museum Pers Perjuangan Surabaya. (Rizal Hanafi/Harian Disway)

Antara lain: Hari Pendidikan Nasional tanggal 2 Mei, Hari Kebangkitan Nasional pada 20 Mei, Hari Angkatan Perang pada 5 Oktober, Hari Sumpah Pemuda pada 28 Oktober, Hari Pahlawan pada 10 November serta Hari Ibu pada 22 Desember.

”Yang saya gugat adalah 10 November. Peristiwa perang besar pada tanggal itu, pada 1945 telah membangkitkan heroisme di seluruh penjuru tanah air,” ujarnya.

Maka Arul mengharapkan bahwa 10 November tak sekadar menjadi hari peringatan saja. Melainkan ditetapkan sebagai hari libur nasional. Sebab, ketika itu perang besar 10 November telah membuka mata dunia bahwa perlawanan mempertahankan kemerdekaan Indonesia sangat membara.

”Jika sudah ditetapkan sebagai hari libur, maka warga Surabaya, serta seluruh bangsa ini dapat memperingatinya dengan lebih khidmat,” ungkap ayah dua anak itu.

Menjelang pukul sebelas, terpal yang tergelar di trotoar bagian bawah Monumen Perjuangan Pers mulai terisi penuh. Begitu juga di aspal pinggir trotoar. Kopi dan berbagai jajanan disajikan. Rata-rata sajian itu dibawa oleh beberapa komunitas yang support terhadap pementasan Arul.

Suasana yang khidmat saat pengunjung ikut menyanyikan lagu Indonesia Raya yang mengantar Arul Lamandau memulai aksinya. (Rizal Hanafi/Harian Disway)

Tags :
Kategori :

Terkait