Kartu Kuning Mafia Bola

Senin 15-11-2021,04:00 WIB
Editor : Yusuf M. Ridho

Harian Disway - DUNIA sepak bola kembali dihantui pengaturan skor pertandingan. Kali ini Mr Y yang muncul di acara Mata Najwa mengaku mengatur skor Liga 1 yang sedang berputar.

Saya pun jadi ingat dengan wasit terkenal yang menceritakan trik bagaimana ia mengatur jalannya pertandingan.

”Di babak pertama, saya usahakan semua pemain belakang mendapat kartu kuning,” kata wasit yang sempat dijuluki media sebagai wasit terbaik di masanya itu.

Metode tersebut sebagai skenario awal untuk memenangkan pihak yang memberinya amplop. Tujuan pemain bertahan lawan diberi kartu kuning adalah mereka tidak bisa bergerak. ”Kartu kuning itu membatasi gerak bek,” ujar si wasit dengan dialek khas daerahnya.

Kalau bek lawan bermain bersih? ”Iya, bagaimana caranya paling tidak dua bek tengah sudah mengantongi kartu,” lanjutnya.

Benar juga. Pemain yang sudah mendapat kartu kuning otomatis akan hati-hati. Bila melakukan kesalahan, kartu merah menanti. Penyerang ”tim klien” si wasit pun tentu akan lebih mudah bergerak. Leluasa karena bek lawan sudah ”diikat”. Sudah dikunci.

Itu metode halus. Sebab, saat pemain mendapat kartu kuning pertama, tidak akan timbul reaksi yang keras. Pertandingan akan tetap jalan karena tak ada pemain yang keluar. ”Nah, kalau ada pelanggaran, tinggal kita beri kartu merah,” cerita kawan lama saat bertahun-tahun saya menjadi reporter sepak bola.

Praktik itu pun ia terapkan di lapangan. Sebab, permainan halus tak banyak menimbulkan kecurigaan. Saya pun tak bisa menceritakan siapa wasit tersebut, seperti halnya Mata Najwa yang menyembunyikan identitas Mr Y yang mengaku mengatur skor pertandingan Liga 1.

Match fixing kadang-kadang seperti memutar kaset lama. Cerita itu akan terus berulang-ulang bila tanpa penyelesaian. Akan terdengar lagi di masa-masa mendatang. Akan terus dan terus. Padahal, isu yang muncul ke permukaan itu sebagian besar seperti asap yang belum terlihat di mana bara dan apinya.

Bagaimana dengan nyanyi Mr Y? PSSI sih terlihat seolah-olah kaget. Yang muncul di permukaan adalah berita tentang PSSI yang menuntut agar program Mata Najwa membongkar identitas siapa Mr Y itu.

Bila PSSI ingin membongkar kasus wasit itu, diawali dengan cara: memaksa host Mata Najwa membongkar identitas Mr Y, ya tentu akan sia-sia. Secara kode etik media, sumber yang dirahasiakan tidak bisa dibongkar identitasnya. Mata Najwa pun sudah menegaskan Mr Y tetap dirahasiakan.

Dewan Kehormatan PWI pun sudah memberikan suara. ”Tidak ada pelanggaran kode etik dalam acara Mata Najwa itu (merahasiakan sumber, Red),” kata Ilham Bintang, ketua Dewan Kehormatan PWI Pusat.

Melihat ngototnya PSSI yang akan menempuh jalur hukum untuk mendapatkan identitas Mr Y, terkesan yang muncul ke permukaan, pertarungan PSSI vs kode etik media.

Mengapa PSSI tidak langsung membentuk tim investigasi guna memburu para mafia wasit?

Cerita memburu mafia terbesar terjadi pada 1998. Letusan awal di rakernas PSSI. Manajer Pesikab Kabupaten Bandung Endang Sobarna mengungkapkan adanya permainan kotor di kompetisi. Ada mafia wasit yang bergentayangan mengatur skor.

Tags :
Kategori :

Terkait