“Karena hanya itu yang bisa saya lakukan. Andaikata saya adalah seorang penulis, maka saya akan menulis. Jika jadi pelukis, ya saya akan melukis. Karena saya adalah musisi, jadi yang bisa saya lakukan adalah membuat lagu. Saya memaksimalkan fungsi karya ini sebagai media penyampai pesan. Pesan yang merespons kondisi yang terjadi,” tegas Iksan.
Iksan dikenal lewat topi bergambar bintang satu ketika tampil. Namanya memang sedang menarik perhatian setidak selama tiga tahun terakhir. Itu karena sebagian besar karya musik yang ia ciptakan memiliki tema tentang politik, korupsi, dan lingkungan. Sebuah tema yang masih menjadi perbincangan tiada hentinya di Indonesia. Termasuk tentang realitas kehidupan di sekitar orang-orang sehingga muncul kedekatan bagi penggemarnya.
Lahir di Blora pada tangal 30 Agustus 1981, musisi yang memiliki nama asli Mohammad Iksan tersebut kini berdomisili di Malang. Iksan sudah berkecimpung di dunia musik sejak Sekolah Menengah Pertama (SMP). Karir profesionalnya dimulai pada 2000 bersama Putih Band. Di sana, Ia menjadi seorang gitaris sekaligus penulis lagu selama kurang lebih 10 tahun.
Bersama Putih Band, Iksan Skuter berhasil merilis album perdananya berjudul Apa Kabar Cinta pada 2006. Selanjutnya, pada tahun 2008, mereka merilis album keduanya berjudul Gelombang Cinta. Setelah itu, pada 2009, Putih Band merilis album ketiganya yang juga sekaligus album terakhir dari band tersebut berjudul Yang Ketiga.
Setelah Putih Band bubar, ia sempat bingung mencari arah hidup. Hingga kemudian menemukan passion sebagai seorang pembuat karya audio. Liriknya dibuat dekat dengan apa yang dialaminya sendiri maupun pandangan terhadap kondisi di sekitarnya. (Ajib Syahrian Nor)