FM sudah diinterogasi polisi. Hasil sementara, itu tadi... Kepada penyidik, ia mengaku, sewaktu kecil jadi korban sodomi pria dewasa.
Kapolres Aris: "Itu pengakuan tersangka. Kami belum mendalami kasusnya di masa lalu. Kami fokus ke kasus yang sekarang."
Benarkah korban pedofil bisa jadi pelaku pedofil?
Dr Maureen Canning, dalam bukunya, Lust, Anger, Love: Understanding Sexual Addiction and the Road to Healthy Intimacy (2008), menyebutkan, itu sangat mungkin.
Canning adalah konsultan klinis di lembaga psikologi The Meadows, Inggris. Hebatnya, dia adalah penyintas pelecehan seksual. Ketika masih anak-anak, dia dilecehkan seksual. Dia orang yang tepat jadi konsultan psikologi.
Dalam buku itu, Canning membagi korban pelecehan seksual anak-anak jadi 10 kategori. Demikian:
1). Rasanya Familier. Awalnya korban malu dan marah. Dalam perjalanan hidup, perasaan itu mengendap. Setelah dewasa berubah jadi begini: Jika ia mencintai seseorang (heteroseksual), langsung bercampur dengan nafsu seksual. Sebab, perilaku seks sudah familier.
2). Upaya Penyembuhan. Seorang penyintas pelecehan seksual masa anak-anak akan berusaha untuk membatalkan pelecehan dengan mengambil kembali kekuasaan. Artinya, ia bakal jadi pencegah pelecehan seksual.
3). Merasa Tidak Memadai. Korban percaya, mereka tidak cukup baik untuk mendapatkan hubungan yang benar-benar peduli. Akibatnya, mereka meragukan semua orang. Sulit menerima cinta sejati.
4). Merasa Muluk. Ini terdengar unik. Korban selalu berusaha melawan perasaan rendah diri. Akibatnya berlebihan. Mereka pun merasa lebih baik daripada orang lain. Atau merendahkan orang lain.
5). Temukan Kekuatan dan Kontrol. Dengan cara: Menjadi pelaku. Korban kelak bakal memainkan peran sebagai orang yang lebih kuat dalam hubungan seks. Ia bisa jadi pemerkosa. Atau predator seks.
6). Terangsang oleh Perilaku Kasar. Soal ini, pembaca bisa membayangkan sendiri.
7). Jadi Pemberang. Korban akan selalu marah. Terhadap hal sepele sekalipun. Yang, bagi orang normal, hal itu tidak membuat marah.
8). Suka Menyakiti Orang. Korban memandang, hubungan seksual sebagai hubungan antara predator dan mangsa. Terhadap dirinya maupun hubungan antarorang lain.
9). Mencari Intensitas. Korban mengacaukan intensitas dengan kesenangan. Mereka tertarik pada aktivitas berisiko tinggi, untuk merasakan kesenangan. Ini akibat trauma di masa lalu.
- Fantasi Lebih Aman daripada Realitas. Korban menarik diri, mundur ke alam fantasi. Karena realitas dianggap kejam.
Dari paparan Canning, dikaitkan dengan pedofil Jagakarsa, FM masuk di kategori nomor 5. Itu pun, jika pengakuannya sebagai bekas korban terbukti benar.