JALAN Tunjungan penuh sesak tadi malam (21/11). Puluhan orang yang ingin menyaksikan pembukaan acara Tunjungan Romansa tertahan di dekat Gedung Siola. Mereka tidak boleh masuk karena area panggung di pertigaan Jalan Genteng Besar sudah penuh sesak.
Petugas gabungan disiagakan untuk menyeleksi pengunjung yang masuk. Warga harus memindai QRcode melalui aplikasi PeduliLindungi. Pegiat Sejarah Nanang Purwono sempat tertahan di sana. Namun ia ngeyel agar bisa masuk. ”Saya yang punya kafe di dalam,” kata Nanang kepada petugas.
Ia lalu diloloskan setelah memindai QRcode. Nanang sebenarnya tidak punya kafe di Tunjungan. Namun, ia memang berencana mengunjungi kafe Piring Seng milik kawannya: Fahad Umar.
WALI KOTA Surabaya Eri Cahyadi tiba di Jalan Tunjungan menumpang Suroboyo Bus. (Foto: Rizal Hanafi-Harian Disway)Beberapa pengunjung yang tidak bisa masuk kecewa. Mereka melihat pengumuman acara Tunjungan Romansa dari akun Instagram dan Twitter Pemkot Surabaya. Begitu datang, mereka terpaksa harus balik kucing karena petugas memblokade jalan.
Wali Kota Eri Cahyadi dan rombongan turun dari Suroboyo Bus pukul 20.00. Pengunjung sudah memadati area panggung. Seni jaranan, musik keroncong, angklung, dan tari remo menyambut rombongan Eri di sepanjang jalan.
Eri dan rombongan lalu berbelok ke barat menuju Kampung Lawas Ketandang. Salah satu kampung tertua di Surabaya itu berada di tengah gedung-gedung pencakar langit di segitiga emas Surabaya: Jalan Tunjungan, Embong Malang, dan Praban.
Pemkot memasukkan area Ketandan dalam pengembangan wisata Tunjungan Romansa. “Inilah tempat Cak Markeso melestarikan Jula-Juli. Jangan sampai tenggelam di tengah kota metropolis ini,” kata Eri dalam sambutannya.
Ia mengatakan Tunjungan Romansa bukan acara tahunan. Pemkot akan membuka acara ini setiap hari. Dengan begitu Jalan Tunjungan bisa seramai Malioboro di Jogjakarta.
”Kalau belum ke Tunjungan, berarti belum datang ke Surabaya. Ini yang harus kita wujudkan kembali,” kata wali kota yang sudah menjabat selama 9 bulan itu. Pemkot mendapat bantuan stan UMKM dari Bank Indonesia untuk mewujudkan proyek wisata itu.
PETUGAS mengatur pengunjung Jalan Tunjungan yang membeludak pada Minggu malma (21/11)Stan tersebut diletakkan berjajar di jalur pedestrian. Beragam makanan dan minuman ada di sana. Seniman yang selama ini kehilangan panggung bisa berkreasi lagi. Mereka menggelar pertunjukan di jalan raya. Pengunjung yang datang bisa memberi mereka uang sebagai bentuk apresiasi.
Eri juga menyinggung nama acara baru tersebut: Tujungan Romansa. Ada banyak kenangan di jalan legendaris itu. Mulai dari pusat perdagangan sejak era Hindia-Belanda hingga lokasi Pertempuran 10 November. ”Jadi ayo ikut meramaikan Jalan Tunjungan setiap malam biar Tunjungan dikenang sepanjang masa,” lanjut mantan kepala Bappeko Surabaya itu.
Dalam semaraknya Jalan Tunjungan, Eri berharap masyarakat tetap menjaga protokol kesehatan. Kasus Covid-19 di Surabaya tinggal 11 orang sampai tadi malam. Rencananya ada tiga orang yang dipulangkan hari ini. Ia berharap tren positif itu bisa terus dipertahankan.
Acara Tunjungan Romansa sebenarnya diprotes sebagian pengusaha. Pemilik cafe dan restoran di Jalan Tunjungan sempat mengancam menutup tokonya. Mereka protes aturan larangan parkir gara-gara acara Tunjungan Romansa.
Namun, mereka membatalkan pemboikotan itu. Toko mereka tetap buka tadi malam. ”Sudah ada pembicaraan dengan wali kota tadi sore,” ujar pemilik Kafe Piring Seng Fahad Umar.
Wali kota menjanjikan sesuatu yang membuat pedagang akhirnya melunak. Namun, Fahad masih belum bisa membocorkan detail pembicaraannya dengan Eri.