Meski demikian asrama haji tetap disiagakan. Semua tabung oksigen dan instalasinya tidak dibongkar. Jika gelombang ketiga menyerang sewaktu-waktu, semua sudah siap.
Di tempat lain, Ketua Relawan Pendamping Keluarga Pasien Covid Rumah Sakit Lapangan Inderapura (RSLI) Radian Jadid lebih bisa bersantai. Asrama haji nol pasien sejak 1 Oktober. “Meskipun tidak ada pasien, semuanya siaga,” kata pria asal Magetan itu.
SK relawan dan tenaga kesehatan baru habis Desember nanti. Jika tidak diperpanjang, bisa jadi RSLI ditutup sementara.
Muncul kabar bahwa RS darurat yang dikelola Pemprov Jatim itu akan dibongkar. Tanah seluas 5,4 hektare itu akan jadi rumah sakit khusus otak, jantung dan kanker.
Kementerian Kesehatan sebagai pemilik tanah, sudah menyampaikan rencana itu sejak November. Mereka ingin ada RS pemerintah pusat yang berdiri di Jatim.
Saat ini RS terbesar di Jatim hanya RSUD Soetomo. Punya Pemprov Jatim. “Tapi kayaknya realisasinya masih lama. Perlu kajian panjang,” lanjut Jadid.
Alumnus Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya itu juga sepakat dengan Sugianto. Ia berharap tidak ada lagi gelombang ketiga Covid-19 agar kehidupan berangsur normal lagi.
Menurutnya kunci pencegahan tergantung pada Desember-Januari. Pintu penerbangan luar negeri harus diperketat untuk mencegah masuknya virus varian baru.
“Karena menurut kajian, 80 persen penduduk kita sudah kena varian delta. Jadi lebih imun. Masalah baru muncul kalah ada mutasi yang lebih ganas,” lanjut Jadid. Sampai sekarang Bandara Internasional Juanda masih ditutup untuk penerbangan internasional. Jika pintu sudah dibuka, RSLI siap-siap kebanjiran pasien. (Salman Muhiddin)