Kepuasan Iwan Heri Santoso tidak berlangsung lama. Tantangan mengenalkan smack ball memang begitu terjal. Tidak semudah yang dibayangkan. Setelah banyak perhelatan pertandingan, smack ball kembali surut.
WAJAH Iwan Heri Santoso tidak lagi berseri. Sambil bersandar di kursi, ia menghela napas panjang. Perjuangannya memperkenalkan smack ball layaknya roller coaster . Ketika sudah sampai di puncak, kini kondisinya kembali di bawah.
Pada 2012, kompetisi smack ball antarsekolah mulai dihelat. Iwan tidak ingat secara pasti jumlah peserta lomba itu. Tapi yang jelas setiap tahun jumlah pesertanya bertambah banyak.
Puncaknya di tahun 2015. Smack ball sudah didukung penuh oleh dinas pemuda dan olahraga (Dispora) Surabaya. Sebenarnya sudah setahun sebelumnya Dispora melirik potensi smack ball. Tapi masih banyak sekolah yang belum mengajarkan olahraga buatannya itu.
Kendala lain, masih sedikit sekolah yang memiliki lapangan smack ball. Pada awalnya hanya SMAK St Hendrikus yang memiliki lapangan smack ball. Alhasil, sekolah itu dijadikan lokasi lomba pertama pada 2012.
Pada 2015 Dispora menyurati sekolah untuk membikin lomba smack ball. Dalam rangka menyambut hari jadi Kota Surabaya. Sejak itu guru-guru Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan (PJOK) mulai tahu potensi smack ball.
”Handphone saya tidak berhenti berdering. Banyak guru olahraga dari berbagai sekolah yang tanya,” ungkap laki-laki 42 tahun itu.
Iwan semakin optimistis dengan dukungan Dispora. Mimpinya agar smack ball dikenal tinggal beberapa langkah lagi. Pekerjaan rumahnya kini tinggal membenahi aturan smack ball dan sosialisasi.
Perjuangan Iwan agar mendapat dukungan pemerintah sudah dilakukan 2011. Kala itu ia bertemu dengan Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Andi Mallarangeng. Bahkan dijanjikan untuk membahas lanjutan smack ball.
Meskipun Menpora tidak memberikan kepastian, setidaknya dukungan Dispora sangat membantu perkembangan smack ball. Bahkan Iwan mulai berani mengembangkan smack ball ke tingkat SD.
Iwan mengundang guru-guru PJOK SD dan SMP Surabaya di SDK St Theresia 2 pada 2016. Hasilnya cukup membuat Iwan senang. Pesertanya cukup banyak. Tidak seperti 2011. Yang hanya dihadiri 12 guru saja.
Kala itu, Iwan tidak hanya menjelaskan teknis bermain smack ball. Melainkan juga menyosialisasikan kompetisi smack ball pada tanggal 28-29 Oktober 2016. Perlombaan itu juga didukung oleh Dispora Surabaya. Perhelatannya di SDK St Theresia 2.
SDK St Theresia 2 mendukung permainan itu. Bahkan sekolah itu mau membuat lapangan khusus smack ball. Sehingga sekolah itu menjadi langganan event smack ball tahunan.
Iwan mengklaim olahraga itu juga sudah mendapat dukungan DPRD Surabaya. Bahkan para dewan meminta agar smack ball bisa dijadikan olahraga asli Surabaya. Permintaan itu terjadi pada 2019.
(foto: Iwan Heri Santoso untuk Harian Disway)
Perlombaan smack ball terus berlangsung hingga 2019. Iwan juga sudah memiliki rencana bakal melebarkan sayap ke daerah sekitar Surabaya. seperti Pasuruan, Sidoarjo dan Gresik. ”Tapi ini masih planning . Belum kami lakukan,” ungkap Kepala SMP Metta School itu.
Sayangnya langkah Iwan harus terhenti. Pandemi menghantam Surabaya. Kegiatan olahraga dihentikan sementara. Termasuk smack ball.