Selain itu Iwan juga harus mengemban amanah baru. Menjadi kepala sekolah. Sekolah yang mengusung misi bermoral dan universal itu, belum membolehkan pelajaran tatap muka. Bahkan sampai sekarang mereka masih sekolah daring.
Problem selanjutnya, SMP Metta School tidak memiliki banyak murid. Sekolah daring juga membuatnya susah mengenalkan smack ball. Ia berharap pandemi segera berlalu. Sehingga pertandingan smack ball bisa dilanjutkan lagi.
Ketua Persatuan Smack Ball Indonesia (PSBI) Thomas More Suharto juga merasakan kesedihan yang dialami smack ball di masa pandemi. Maklum olahraga itu menimbulkan kerumunan. Satu lapangan bisa berisi 20 orang. Belum termasuk 7 pemain cadangan dari tiap tim.
Meski begitu, Thomas optimistis smack ball bisa kembali meraih titik puncak ketenarannya. Seperti pada 2016-2019. Ia masih menunggu situasi pandemi melandai. Serta menunggu seluruh siswa bisa melaksanakan tatap muka kembali.
”Kebetulan saya juga direktur Proteam. Dari awal smack ball kami sudah mendukung. Olahraga ini pasti akan berkembang,” katanya. (Andre Bakhtiar)