Kunjungan Carlos Marcelino ke Kelenteng Pak Kik Bo

Sabtu 04-12-2021,06:19 WIB
Editor : Gunawan Sutanto

Satu dari 11 kelenteng di Surabaya dikunjungi Carlos Marcelino Setiawan. Hian Thian Siang Te. Di sana, finalis Koko Cici Jawa Timur 2021 itu menyampaikan pesan.

Kelenteng yang juga disebut dengan Pak Kik Bio itu terletak di Jalan Jagalan nomor 74-76, Pabean Cantian, Surabaya. Bangunan yang berdiri di antara rumah penduduk itu merupakan punya kisah sejarah yang panjang.

Dibangun di atas lahan yang dulu merupakan Rumah Sakit Mardi Santoso, kelenteng pernah ludes terbakar akibat serangan sekutu pada 1946. Pemerintah Indonesia pun sudah menetapkannya sebagai cagar budaya pada 2013.

Carlos Marcelino Setiawan mendapat penjelasan yang lengkap tentang Kelenteng Hian Thian Siang Te dari perwakilan pengurus. (Carlos Marcelino Setiawan untuk Harian Disway)

Di sana, Carlos bertemu dengan perwakilan pengurus yang menceritakan bahwa Gan Ban Kiem merupakan tokoh yang memprakarsai pembangunan. Ide datang setelah ia berdiskusi dengan filsuf bernama Tjoa Sie Wan.

Ia memberi tahu bahwa Zuan Tian Shang Di adalah dewa yang memiliki tingkatan sangat tinggi di surga. Itu membuat Gan Ban Kiem pun tertarik mendirikan tempat ibadah penyembahan.

Bersama Kho Sien Tjing Gan Ban Kiem mewujudkan pembangunan kelenteng tersebut pada 1942. Pada 1946, Kho Sien Tjing yang mengungsi ke Tretes akibat perang kemerdekaan menulis surat kepada Gan Ban Kiem bahwa ia memiliki aset sebidang tanah di Djalan Djagalan 74-76. Tanah itu ingin ia persembahkan kepada Kongco Hian Thian Siang Te.

Pembangunan kelenteng didengar oleh Tjhay Ko Yap-Tjiok Moy yang tinggal di Malang. Tjhay Ko Yap menyumbangkan dana untuk membantu pembangunan.

Pembangunan baru dilakukan setelah Pemerintah Kota Surabaya memberikan izin dengan surat yang dikeluarkan pada 8 April 1951. Selang tujuh bulan, Pak Kik Bio diresmikan dengan ritual persemayaman Kongco Hian Thian Siang Te.

Tepatnya pada 24 November 1951. Bertepatan dengan Hari Raya Imlek Cap Gwee. Semua ada di prasasti yang dilengkapi plakat yang menyatakannya sebagai cagar budaya.

Melihat potensi Kelenteng Hian Thian Siang Te Carlos Marcelino Setiawan merekomendasikan tempat ini sebagai jujukan pariwisata bertema budaya Tionghoa di Surabaya. (Carlos Marcelino Setiawan untuk Harian Disway)

Itulah menurut Carlos, teman-temannya harus datang menengok kelenteng. Sebab bentuk bangunannya unik dan masih asli. Bagian depannya terdapat serambi yang dibuat lapang dengan hiasan lampu-lampu lampion di atas. Di kanan-kirinya dijaga dua makhluk perwujudan singa berwarna biru.

Ada belasan dewa di dalam kelenteng. Terdapat altar utama tempat penghormatan kepada Hian Thien Sang Ti sebagai Dewa Perlindungan dan Dewa Obat. Umat biasanya datang untuk beribadah dan memberi angpao kepada yang membutuhkan di sekitaran kelenteng.

Carlos merekomendasikan tempat ini sebagai jujukan pariwisata bertema budaya Tionghoa di Surabaya. Bangunannya memang tidak terlalu luas. ”Namun, kita bisa menemukan banyak hal di sana. Sekaligus mempelajari salah satu jejak sejarah dari bangunan yang usianya sudah 70 tahun,” katanya.

”Apa yang saya lakukan ini semoga sesuai dengan tugas Koko Cici. Memberi kontribusi terhadap dunia pariwisata di daerahnya. Sektor yang terkena hantaman paling keras akibat pandemi Covid-19,” kata pria berusia 21 tahun itu.

Tags :
Kategori :

Terkait