KKB Papua, Saudara atau Bukan?

Jumat 10-12-2021,04:00 WIB
Editor : Noor Arief Prasetyo

"Prajurit yang bertugas di wilayah konflik, jangan berpikir ingin membunuh KKB. Tetapi, harus berpikir, bagaimana melaksanakan tugas negara, untuk mengamankan masyarakat Papua, Papua Barat, yang saat ini diintimidasi kelompok-kelompok bersenjata."

Dilanjut: "Cintai masyarakat Papua seperti layaknya kita mencintai diri sendiri dengan segala keterbatasan. TNI harus hadir seperti yang tertuang dalam salah satu perintah harian KSAD, apa pun yang menjadi kebutuhan rakyat, kita harus tahu."

Akhirnya: "Apabila suatu insiden terjadi. Mereka (KKB) melakukan suatu tindakan, kalian harus siap. Tetapi, pada dasarnya bahwa kalian tugas di Papua Barat adalah bagaimana mengamankan dan menyelamatkan warga Papua."

Sampai di sini, pengarahan Dudung itu bukan menganggap KKB Papua sebagai saudara kita. Bukan. Di situ ada penekanan: "Jika terjadi insiden, KKB bertindak, maka prajurit TNI harus selalu siap."

Intinya, TNI tidak menyukai perang. Di Papua atau Papua Barat. Perang, di mana pun di dunia, merugikan kedua pihak yang berperang. Semua orang, semua negara, menghindari perang. Kalau bisa.

Jurnalis-novelis Amerika Serikat Ernest Hemingway (21 Juli 1899–2 Juli 1961) tentang perang, menyatakan:

"Tidak ada perburuan seperti perburuan manusia. Dan mereka yang telah berburu pria bersenjata cukup lama, dan menyukainya, maka ia tidak pernah peduli dengan hal lain setelahnya."

Perang selalu dihindari. Tapi, jika prajurit TNI dibunuh KKB Papua, lalu senjata organik TNI dirampas, pastinya bakal ada tindakan balasan.

Apalagi, KKB Papua adalah kelompok separatis penyebar teror kepada warga Papua dan Papua Barat.

Ketika Dudung menyatakan pernyataan bersahabat itu, disambut gembira para politikus. Dengan aneka komen.

Di antaranya, Wakil Ketua MPR Syarief Hasan Ia menanggapi dalam keterangan tertulis, Jumat (26/11), begini:

"Apa yang disampaikan KSAD Jenderal Dudung patut diapresiasi. Ini pesan moral kepada seluruh prajurit TNI dan rakyat Papua, bahwa membangun Papua adalah membangun komitmen kolektif kebangsaan. Pendekatan terhadap Papua memang harus berdimensi humanistik dan persuasif."

Tanggapan itu jadi merancukan inti persoalan KKB Papua. Seolah-olah, tidak ada problem di Papua. Seakan-akan tidak pernah ada pembunuhan.

Atau, politikus berharap kondisi superideal terkait perang. Seperti dikatakan panglima perang Tiongkok legendaris, Sun Tzu, yang mengatakan:

"Seni perang tertinggi adalah menaklukkan musuh tanpa berperang."

Ya, itu tadi. Mengajak KKB Papua kembali ke pangkuan ibu pertiwi. Dan, KKB-nya harus mau. Mau tidak mau, harus mau.

Tags :
Kategori :

Terkait