Buka Gagasan tentang Makna Perpisahan

Jumat 24-12-2021,08:38 WIB
Editor : Doan Widhiandono

Segitiga tak Bertitik Temu. Judul buku yang menggelitik. Penulisnya adalah Magdalena I Ovi. Berkisah tentang kehidupan seorang remaja di tengah kekalutan perceraian serta kehidupan pasca perceraian kedua orang tuanya.

PERCERAIAN paling damai sekalipun, tetap menuai perubahan dan pergesekan. Itulah gambaran tepat ketika membaca buku karya Ovi.

Dia mengemasnya dalam kisah seorang pria kelas 2 SMA bernama Jilla dan tiga orang adiknya yang mulai beranjak remaja. Setelah perceraian kedua orang tuanya, Jilla makin memahami sulitnya menjadi lelaki setelah tak lagi serumah dengan papanya. 

Sebuah perpisahan yang memunculkan pertemuan-pertemuan baru, kejadian-kejadian baru, orang-orang baru. “Misalnya, perempuan yang dekat dengan Papanya, tiba-tiba datang dalam kehidupan Jilla dan ingin mencampuri hari-harinya,” ujarnya. 

Lantas, pertemuan Jilla dengan seorang cewek yang rumit dan misterius, hingga mengubah standar serta pandangannya terhadap sebuah hubungan. Hingga saat-saat ketika Jilla harus berhadapan dengan seorang pria yang mendekati mamanya.

Proyek penulisan buku Segitiga tak Bertitik Temu dilakukan saat pandemi merebak pada awal tahun 2020. “Sebetulnya, rencana membukukan tulisan sudah sejak 2012, namun karena kesibukan dan lain hal, jadi terbengkalai,” ujarnya.

Buku tersebut berisi 31 judul serial yang sebagian besar pernah dimuat di harian Surabaya Post pada 2004-2006, dengan beberapa penyesuaian, menyangkut sekuensi jalan cerita. 

Terdapat pula suntingan judul, perubahan nama tokoh dan tambahan episode penyambung untuk kebutuhan agar lebih adaptif dalam kemasan buku. “Dari 31 judul, ada tambahan 5 episode yang baru yang saya tulis pada 2020,” ujarnya.

Judul buku Segitiga Tak Bertitik Temu diambil dari salah 1 judul dari 31 episode,  sebagai representasi keseluruhan buku. Segitiga adalah gambaran Jilla tentang bagaimana dia melihat kehidupan ini. Simbol segitiga juga berarti simbol keseimbangan kehidupan (Tuhan, alam, dan manusia). Segitiga juga simbol percintaan yang tidak bertimbal balik. 

Cinta segitiga juga terjadi antara Jilla, seorang perempuan dan teman baiknya. “Hubungan mereka terjalin saling-silang sehingga tak ada titik temu,” ungkapnya.

Ketidaksesuaian itu bersamaan dengan datangnya sosok lain dalam keseharian Jilla. Ia datang dengan ketidaksengajaan dan bagi Jilla menjadi pertanda alam, bahwa sosok tersebut akan terlibat lebih dalam kehidupannya.

Seorang perempuan yang menulis kisah dengan tokoh utama laki-laki. Adakah kesulitan? Bagi Ovi, hal itu menjadi tantangan tersendiri. Ia melakukan pendalaman karakter dengan mengacu pada observasi tokoh yang dikenalnya. “Tentunya dengan penyesuaian untuk kebutuhan struktur fiksi,” tuturnya.

Maka, seluruh kisah serial dalam buku Segitiga tak Bertitik Temu adalah fiksi, yang diadaptasi dari lingkungan pergaulan Ovi di Surabaya, terinspirasi dari karakter-karakter pertemanan dan keluarga.

Dalam beberapa episode, Ovi juga menyampaikan edukasi tentang sex education bagi remaja, kewaspadaan terhadap abusive relationship , kisah pertemanan dan gaslighting atau manipulasi pemikiran dan perasaan dalam hubungan yang tidak sehat, tanpa harus menggurui. 

Disinggung pula mengenai animal walfare dari salah satu karakter yang vegetarian. Dikemas dalam plot kisah sederhana yang mudah dipahami. “Ke depan, insya Allah akan ada buku keduanya,” kata alumnus Fakultas Ekonomi, Universitas Airlangga tersebut.

Seorang pembacanya bernama Hadi Reksa yang juga seorang entrepreneur mengatakan, “Dalam bukunya, Ovi membuka wawasan baru tentang bagaimana dan apa itu perpisahan. Lewat diksi yang tepat, dia dengan lugas membedakan makna cowok dan laki-laki,” ujarnya. (Guruh Dimas Nugraha)

Tags :
Kategori :

Terkait