Banyak lagi komentar. Pertanyaannya, mengapa ada sekber itu? Apakah karena Prabowo-Jokowi dulu berlomba, lantas kini posisinya dibalik, kemudian suara rakyat yang dulu terbelah kini bakal bersatu?
Ataukah, tingkat kepuasan publik terhadap kepemimpinan Jokowi yang tinggi digabung elektabilitas Prabowo yang memimpin?
Dikutip dari hasil survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) dirilis 26 Desember 2021, menunjukkan tingkat kepuasan publik terhadap kinerja Presiden Joko Widodo 71,7 persen.
"Mayoritas warga, 71,7 persen, sangat dan atau cukup puas dengan kerja Presiden Jokowi," kata Direktur Riset SMRC Deni Irvani dalam konferensi pers daring Minggu (27/12/21).
"Yang kurang dan atau tidak puas 25,3 persen. Sementara yang tidak menjawab masih ada sekitar 3 persen."
Survei dilaksanakan 8–16 Desember 2021 melalui tatap muka langsung. Jumlah responden 2.420 orang. Usia 17 ke atas. Terpilih acak (multistage random sampling) dari seluruh populasi Indonesia. Margin of error survei 2,2 persen.
Tingkat kepuasan publik 71,7 persen itu naik dibanding posisi Oktober 2020 dari lembaga survei yang sama, yakni 61 persen.
Sedangkan elektabilitas Prabowo paling top sekarang. Dikutip dari hasil riset Indopol Survey and Consulting, dirilis Minggu, 12 Desember 2021, urutan elektabilitas capres 2024, demikian:
Prabowo 17,24 persen. Ganjar Pranowo 17,15 persen. Anies Baswedan 13,58 persen. Agus Harimurti Yudhoyono 5,73 persen. Sandiaga Uno 5,28 persen.
Tapi, tingkat popularitas Prabowo luar biasa, 91,30 persen. Karena ia pernah nyapres.
Hasil riset terbaru, versi Lembaga Jaringan Survei Publik Indonesia (JSPI), dipublikasi Kamis, 13 Januari 2022, elektabilitas Prabowo justru melejit. Urutannya berubah, demikian:
Prabowo 28,3 persen. Ganjar Pranowo 15,1 persen. Anies Baswedan 13,9 persen. Ridwan Kamil 13,2 persen. Sandiaga Uno 9,8 persen. Airlangga Hartarto 9,6 persen.
Jadi, Jokowi punya tingkat kepuasan publik sangat tinggi. Prabowo punya tingkat elektabilitas tertinggi. Sehingga Sekber Prabowo-Jokowi muncul.
Walaupun, dua hal bagus jika disatukan belum tentu bagus. Dikutip dari penyataan Dalang Ki Narto Sabdo: ”Bakmi enak, dicampur tembakau enak. Bagaimana rasanya?”
Yang paling mengganjal, Presiden Jokowi belum tentu mau jadi cawapres. Turun derajat. Jadi kurang penting lagi.
Suhindriyo, dalam bukunya, Biografi Singkat Presiden-Presiden Amerika Serikat (Yayasan Pustaka Nusatama 1999), menyebutkan bahwa Presiden Amerika Serikat Ke-2 John Adams Jr (173–1826) menjabat presiden 1789–1801.