Dia ceritakan, keinginan itu sudah sejak lima tahun silam. Berarti, ketika usia 33. Tapi terus tertunda. Termasuk tertunda pandemi korona dua tahun.
Tertunda karena Luna mencari tahu, di mana dia bisa melakukan freeze egg. Singapura tidak bisa. Malaysia juga.
"Eee... akhirnya gue malah nemuin di Jakarta. Ya udah. Lebih baik. Lebih murah," kata Luna.
Ditanya wartawan, berapa biaya? Luna tak menjawab lugas. "Pokoknya terjangkaulah," jawabnya. Terjangkau buat Luna, berapa? Akhirnya, dia katakan, tidak sampai seratus juta rupiah.
Dia lega. Sel telur Luna disimpan sesuai prosedur pembekuan. Beku sampai jangka waktu, bisa 100 tahun.
Kelak, sel telur Luna bisa dikawinkan dengan sperma pria. Dalam metode bayi tabung. Disebut in vitro fertilization (IVF).
"In vitro" bahasa Latin. Artinya: Di dalam kaca. Maknanya, perkawinan bayi tabung adalah mempertemukan sel telur dengan sperma di dalam kaca (tabung).
Lalu, setelah terjadi pembuahan, disebut zigot. Barulah, zigot disuntikkan ke rahim. Bisa rahim siapa saja. Setelah masuk disebut embrio. Kemudian, berkembang menjadi janin. Sampai dilahirkan sebagai bayi.
Di negara-negara yang melarang freeze egg, khususnya Malaysia, bertujuan baik. Mencegah pembentukan zigot, dari sel telur dengan sperma, milik dua orang yang bukan suami istri.
Meskipun, perkawinan itu bukan melalui hubungan seks. Melainkan melalui tabung. Tapi, di Malaysia: Pria-wanita kawin, harus nikah dulu.
Intinya, menyangkut definisi. Kawin tidak harus berarti pria-wanita berhubungan seks. Melainkan juga, bertemunya sel telur dengan sperma di tabung IVF. Walaupun pria-wanitanya tidak pernah bertemu. Bahkan, bisa salah satu, atau keduanya, sudah mati.
Sedangkan dari perspektif Luna Maya beda. Dia ingin punya anak. Tapi, usia dia sudah segitu. Dia khawatir, sebentar lagi dia tidak mungkin bisa punya anak. Dari sel telur dia sendiri. Bukan anak pungut.
Kegalauan Luna menjadi logis secara ilmiah. Berdasar uraian pakar, berikut ini:
Dikutip dari BBC, 1 September 2020, Prof Dr Dagan Wells, profesor kedokteran reproduksi Oxford University, Inggris, menyatakan, perempuan dengan sel telur sehat terbatas maksimal sampai usia 35.
Prof Wells: "Tuhan memberi semua bayi wanita sel telur sebanyak sekitar sejuta. Setelah itu, makin berkurang bertahap, sesuai perjalanan hidup."
Disebutkan, wanita di usia pubertas punya 300.000 sel telur. Di usia 37 jadi 25.000. Di usia 51 jadi 1.000.