After Life Season 3: Tiba-Tiba Hidup Tidak Terasa Pahit Lagi

Sabtu 29-01-2022,13:37 WIB
Editor : Nanang Prianto

Ricky Gervais memungkasi serial After Life dalam tiga season. Tony Johnson masih sinis dan menderita seperti dua musim sebelumnya. Tapi, lewat bantuan orang-orang terdekatnya—yang ia bully setiap hari—ia akhirnya mendapati bahwa hidup masih cukup layak untuk diperjuangkan.

 

AFTER LIFE, yang musim perdananya dirilis pada Maret 2019 dibuka dengan dahsyat. Tony Johnson (diperankan dengan sangat brilian oleh Ricky Gervais) sangat berduka setelah ditinggal mati sang istri, Lisa (Kerry Godliman), akibat kanker.

Tony tidak bisa menerima kepergian perempuan yang paling dicintainya itu. Ia berubah dari sosok yang ceria dan penyayang, menjadi pribadi yang pahit dan menyebalkan. Ia menyalahkan dirinya sendiri. Karena tidak mati. Tentu saja, ia berkali-kali mencoba bunuh diri. Tapi gagal. Pada season kedua, Tony masih memendam kemarahan luar biasa. Namun, ia tidak lagi suicidal.

Musim ketiga ini—dirilis 14 Januari lalu—menjadi semacam closure dalam fase duka yang dialami Tony. Ketika ia akhirnya bisa menerima kematian Lisa. Namun, plot tersebut sukses memancing perbedaan pendapat antara fans dengan kritikus. Fans suka banget. Salah satunya dibuktikan dengan rating IMDb yang mencapai 8,5. Namun kritikus membencinya.

Apa yang terjadi?

Kekuatan After Life

Tony Johnson adalah jurnalis feature dari koran Tambury Gazette, yang tinggal di Tambury. Sebuah kota fiktif di kawasan suburb London. Setelah kehilangan Lisa, ia tinggal sendirian bersama Brandy. Setiap hari, di tengah-tengah tugas liputan yang tidak terlalu banyak, ia selalu mengunjungi kuburan Lisa.

 After Life memiliki sejumlah kekuatan. Pertama, humor dark khas Ricky Gervais. Fans tentu mahfum, Gervais adalah komedian brilian yang spesialisasinya adalah black comedy, satir, dan insult comedy. Guyonannya kejam. Kita biasa menyaksikan ia merundung para undangan Golden Globes selama tiga jam ketika menjadi host. Nah, di serial ini, ia mem-bully semua orang sepanjang musim!

Sasaran bully Tony, antara lain, Lenny (Tony Way), fotografernya yang obesitas, Pat (Joey Wilkinson), tukang pos yang tidak pernah mandi, dan Kath (Diane Morgan), marketing Tambury Gazette yang single. Plus Matt (Tom Basden), adik iparnya, adik semata wayang Lisa.

Interaksi Tony dengan orang-orang itu sungguh fresh. Sarkas, betul. Tapi sangat menghibur. Guyonannya jahat. Tapi tidak menyinggung. Belum lagi kalau Tony mewawancarai para narasumber. Sungguh, penduduk kota kecil itu tak pernah kehabisan bahan kelucuan.

Pada musim pertama, misalnya, Tony menerima telepon dari seorang warga. Katanya, ia punya berita unik. Pipa rumahnya bocor. Airnya rembes ke dinding. Dan rembesan airnya membentuk pola—kata si warga—wajah aktor kawakan Inggris Kenneth Branagh.

’’Jadi, ini layak muat kan?’’ Si pria bertanya. ’’Semoga ini bisa membuat istriku senang. Dia barusan bangun dari koma. Dua bulan lalu dia dirampok, kepalanya dipukul dengan palu. Kalau melihat rumah kami dimuat di koran, pasti dia cepat sembuh,’’ tuturnya penuh harap.

Tony geleng-geleng kepala. ’’Orang itu, istrinya dirampok dan dipukul dengan palu sampai koma dua bulan. Dan dia kepingin masuk koran karena rembesan airnya membentuk muka Kenneth Branagh…’’

Tags :
Kategori :

Terkait