Screen Tourism: Antara Omicron dan Popcorn

Sabtu 29-01-2022,17:13 WIB
Editor : Heti Palestina Yunani

Penayangan film Game of Thrones di HBO misalnya, membantu menarik satu dari enam wisawatan internasional untuk melancong ke Irlandia Utara. Dampak adanya kota fiksi King’s Landing dalam serial Game of Thrones telah meningkatkan destinasi wisata ke Dubrovnik hingga 38 persen.

Kehadiran film My Octopus Teacher ternyata dapat memantik minat terhadap wisata alam dan satwa liar di Afrika Selatan. Film Harry Potter berhasil mengubah perekonomian di Northumberland.

Kehebatan lain dari screen tourism terletak pada potensinya untuk tetap dapat memasuki kejenuhan pasar. Sebagai contoh bioskop di India sebelumnya enggan membeli film dari Spanyol.

Namun ketika Netflix menayangkan drama Spanyol bertajuk Money Heist, malah berhasil menduduki 10 besar konten teratas di India selama 170 hari.

 Menjawab Resolusi

Sesungguhnya gagasan dari screen tourism terletak pada usaha untuk membangun interaksi virtual yang menghasilkan kepercayaan kepada pemirsa. Melalui pengalaman yang merujuk pada proses belajar selama menonton.

Hal ini kemudian menghasilkan afinitas dan kesukaan yang menimbulkan perasaan positif. Perasaan semacam inilah yang dapat digunakan untuk menarik pemirsa dalam menjalin interaksi yang sesungguhnya. Melalui kunjungan wisata.

Guna menjawab resolusi 2022, pemerintah perlu melakukan inisiasi untuk mendorong investasi konten lokal. Kemenparekraf dapat mengambil peran sebagai regulator dalam menciptakan hubungan mesra antara produsen, penyedia layanan hiburan internet, bioskop, televisi, lembaga pendidikan, komunitas lokal, pemerintah daerah, hingga kedutaan besar.  

Dalam hal ini, Kemenparekraf dapat menciptakan ruang lokal yang digunakan untuk memperdalam dan memperluas pengetahuan umat global terhadap budaya lokal pada beragam sudut destinasi wisata di Indonesia.

Simak saja kesuksesan dari Mighty Little Bheem sebagai konten animasi anak berlatar India. Sejak debutnya pada 2019 serial ini berhasil menarik lebih dari 27 juta pemirsa di seluruh dunia. Posisi ini menjadikannya rilis internasional teratas untuk tayangan Netflix di USA.

Konten yang beragam, mudah diakses, dan berkualitas adalah patokan keberhasilan dari screen tourism. Sasarannya agar konten yang diproduksi mampu memikat pemirsa global seluas mungkin. Hal ini tentunya akan dapat menciptakan lapangan kerja sebagai manifestasi efek popcorn.

Untuk itu program peningkatan kapasitas lokal perlu segera direalisasikan. Pemerintah dapat menginisiasi aneka program pelatihan bagi warga, peningkatan akses pendidikan, pengembangan keterampilan pada industri kreatif, hingga kerja sama swasta untuk pengembangan infrastruktur. 

Gerak investasi yang diinisiasi oleh pemerintah akan berpotensi untuk mengembangkan film lokal dan sektor kreatif setempat. Ketika infrastruktur terus membaik dan warga sudah kian bertalenta, maka harapan untuk meningkatkan kapasitas produksi screen tourism dan produksi ekonomi lokal akan terangkat.

Selamat berkarya! (*)

Penulis: Yuniawan Heru Santoso (Dosen Pariwisata, Fakultas Vokasi Universitas Airlangga, Anggota Dewan Penasihat Asosiasi Antropologi Indonesia (AAI) Pengda Jawa Timur)

Tags :
Kategori :

Terkait