Tangkap Teroris Jangan Jadi Teror

Selasa 15-02-2022,04:00 WIB
Editor : Yusuf M. Ridho

Karopenmas Divhumas Polri Brigjen Ahmad Ramadhan kepada wartawan, Senin, mengatakan:

"Densus 88 Antiteror Polri menangkap empat orang terduga teroris pada 14 Februari 2022 di Jawa Tengah."

Inisialnya: RAB, AJ, NU, dan M. Ditangkap di tiga lokasi: Sukoharjo, Batang, dan Sragen. Dan, sama dengan terduga teroris Bengkulu, empat terduga itu anggota Jamaah Islamiyah.

Ahmad: "Para tersangka masih kami periksa. Detail identitas dan peran mereka belum diumumkan."

Sedangkan peran terduga teroris Bengkulu sudah diumumkan Polri: mereka berperan pendanaan. Menyembunyikan buron teroris. Dan, rekrutmen teroris.

Trio profesor, Tom Pyszczynski, Jeff Greenberg, dan Sheldon Solomon, dari University of Colorado, Amerika Serikat, mencetuskan teori manajemen teror. Hasil belasan riset kasus terorisme, menyatakan:

"Bahwa orang menggunakan budaya dan agama untuk melindungi diri mereka sendiri dari ketakutan akan kematian yang berada di ambang kesadaran."

Tesis itu aneh. Sebab, teroris selalu siap mati. Misalnya: Bom bunuh diri. Tapi, dilanjutkan, begini:

"Alam bawah sadar pelaku mendorongnya membela diri secara psikologis terhadap kematian."

Dilanjut: "Ini termasuk berpegang teguh pada identitas budaya mereka. Bekerja keras untuk menghayati nilai-nilai budaya mereka. Dan, berusaha keras mempertahankan nilai-nilai itu."

Teori itu mereka uji. Terhadap konflik antara Timur Tengah versus Barat. Tim pimpinan Pyszczynski melakukan serangkaian studi di Amerika Serikat, Iran, dan Israel.

Di tiga negara tersebut, responden secara halus diingatkan kematian mereka. Lalu, mereka didorong agar berpegang teguh pada identitas kelompok mereka. Hasilnya, mereka lebih mungkin mendukung kekerasan (teror) terhadap kelompok luar.

Pyszczynski : "Orang Iran lebih mungkin mendukung pengeboman bunuh diri terhadap orang Barat."

Orang Amerika Serikat lebih cenderung menganjurkan kekuatan militer untuk memerangi ekstremis Islam, yang berarti membunuh ribuan warga sipil.

"Orang Israel cenderung memaafkan kekerasan terhadap orang Palestina (jurnal ilmiah: Behavioral Sciences of Terrorism & Political Aggression, Volume 1, No. 1).

Namun, pakar terorisme Fathali Moghaddam dari Departemen Psikologi Universitas Georgetown, AS, menukik lebih detail jika dibandingkan dengan riset trio profesor itu.

Tags :
Kategori :

Terkait