Kisah Pejuang Kanker di Webinar Inspirasien: Thalita Latief Kuat Demi Anak

Senin 21-02-2022,04:00 WIB
Editor : Redaksi DBL Indonesia

Kanker bisa ditangani lebih cepat apabila terdeteksi lebih dini. Pejuang Kanker Tiroid Thalita Latief dan Pejuang Kanker Hati Dahlan Iskan menceritakan kisah perjuangan mereka dalam Webinar: From Heart to Heart kemarin (20/2). Inspirasien berkolaborasi dengan Yayasan Sahabat Hati Indonesia, Komunitas Pita Tosca Indonesia, Eisai Indonesia, dan Harian Disway dalam peringatan World Cancer Day.

---

FOUNDER Harian Disway Dahlan Iskan harus menepi dulu ke rumah sahabat dalam perjalanannya ke Yogyakarta kemarin. Biar webinarnya tidak terputus-putus karena jaringan.

Ia dapat kesempatan bicara pertama sebagai penyintas kanker sekaligus pasien transplantasi hati. Kisahnya dimulai dari desa kecil di pelosok Magetan: Tegalarum. Tidak ada dokter dan program imunisasi. ”Dan kemudian itulah yang menimpa saya (kanker hati),” ujar pria kelahiran 17 Agustus 1951 itu.

Sejak lahir, Dahlan tidak pernah diimunisasi seperti bayi-bayi sekarang. Yang kata Prof Rini Alvani Gani, bayi sudah harus divaksin hepatitis B, 12 jam setelah lahir. Kalau ibunya punya riwayat hepatitis B ada tambahan immunoglobulin untuk pertahanan berlapis.

Banyak teman yang menyimpulkan bahwa kanker hatinya muncul karena ia bekerja terlalu keras: 16 jam tiap hari tanpa libur selama puluhan tahun. Belakangan Dahlan merasa kesimpulan itu kurang tepat. ”Ini tolong diluruskan. Orang yang ingin kerja keras nanti dikira bisa kanker seperti Pak Dahlan,” ujarnya sambil menggelengkan kepala.

Bertahun-tahun dahlan tidak merasakan gejala apa pun. Tidak panas, lemas, atau muncul gejala aneh. Karena itulah ia terlambat tahu.

Tahunya setelah ia mengalami panas luar biasa dan ingin muntah. Ia tahan muntahan itu di tangannya lalu ke kamar mandi. Ketika istri menyalakan lampu kamar, terlihatlah ceceran darah mulai dari tempat tidur, lantai, sampai ke kamar mandi. Belakangan diketahui bahwa darah itu berasal dari gelembung darah yang pecah di saluran pernapasan.

Dahlan langsung memeriksakan diri. Kata dokter, ia harus bersyukur karena tidak meninggal saat batuk darah itu. Namun, kejadiannya pasti berulang. Darah tidak bisa mengalir ke hati. Sehingga darah dikembalikan ke pembuluh sehingga menimbulkan gelembung itu. Yang harus dipecahi satu per satu.

Ternyata ia terkena hepatitis B nya sudah berubah jadi sirosis. Ketahuan pula bahwa sudah muncul tiga titik kanker hati yang sudah membesar. Ukurannya 6, 4, dan 2 centimeter. Bibit kecil lainnya puluhan jumlahnya. Dahlan divonis usianya tinggal 6 bulan. Tidak ada cara lain kecuali transplantasi hati. ”Itu 17 tahun yang lalu. Sekarang saya sudah 70 tahun,” katanya.

Guru Besar Universitas Indonesia Prof Rino Alvani Gani mengatakan pasien kanker hati memang tidak merasakan gejala seperti yang dialami Dahlan Iskan. Karena itulah pencegahan dini melalui vaksin begitu penting. ”Perkembangannya memang lambat dan sulit dideteksi. Rata-rata baru berkembang jadi kanker setelah 25-30 tahun,” katanya.

Karena itulah vaksinasi hepatitis pada bayi itu wajib. Program itu baru digalakkan pada 1997. Karena itu kita yang belum divaksin wajib menjaga pola hidup. Selain hepatitis B, kanker hati bisa terjadi karena obesitas, perlemakan pada hati, serta konsumsi alkohol.

Ia juga mengingatkan bahwa penambahan kasus kanker Indonesia pada 2020 mencapai 396.914. Kanker hati ada di urutan keempat setelah kanker payudara, rahim, dan paru.

DOKTER Ayu Diandra dan Thalita Latief di acara Webinar memperingati Hari Kanker se-dunia.

Aktris Thalita Latief juga membagikan kisah suksesnya sembuh dari kanker tiroid. Awalnya, tidak merasa sakit atau gejala apa pun. Cuma, ada yang aneh dengan leher sebelah kanannya. “Saya sama kayak Pak Dahlan. Telat tahu kalau kena kanker,” ujar perempuan keturunan Slovakia, Pakistan, Jerman, dan Minangkabau, Sumatra Barat itu.

Di awal 2019 dia merasakan ada benjolan di leher. Dibiarkan sampai setahun karena tidak ada masalah kesehatan apa pun. Setelah setahun benjolan tidak hilang. Thalita pun mengajak ibunya untuk periksa ke dokter spesialis penyakit dalam.

Dokter memintanyi ke bagian radiologi. Setelah hasil keluar, dia dirujuk ke bagian onkologi. Perasaannyi langsung tidak enak. Dia familiar dengan istilah onkologi karena punya saudara dengan riwayat kanker.

Tags :
Kategori :

Terkait