Adrian Kaget Ketika Dokter Juga Minta Maaf

Senin 21-02-2022,10:39 WIB
Editor : Doan Widhiandono

Perdana Menteri Belanda Mark Rutte meminta maaf kepada rakyat Indonesia atas kebrutalan pertempuran Revolusi Nasional Indonesia (1945-1949). Pernyataan itu muncul setelah tim riset Belanda mengeluarkan hasil investigasinya. Dosen Sejarah Universitas Airlangga Adrian Perkasa yang menempuh studi di Leiden mengumpulkan koran berisi headline berita itu Jumat (18/2).

MONGGO , Mas,” kata Adrian melalui WhatsApp. Pesan itu dibarengi dengan kiriman foto dirinya memegang tiga koran terbitan 17 dan 18 Februari. Hampir semua media di Belanda memuat headline berita permintaan maaf itu. 

Adrian membeli lima koran: De Telegraaf, Algemeen Dagblad (AD), de Volkskrant .  Itulah tiga koran terbesar di Belanda. Ia juga membeli NRC dan Trouw . Katanya, salah satu jurnalis Trouw masuk daftar tim peneliti.

Koran terbesar Belanda, De Telegraaf , menampilkan judul Excuses Om Indie (Maaf untuk Indonesia). Koran rakyat, de Volkskrant , menampilkan headline berjudul Structured Geweld Nederland in Indonesie Den Haag Keek Weg . Demikian juga dengan Algemeen Dagblad yang menulis judul Structureel, extreem, geweld in Indonesie.  Intinya sama: Pemerintah Belanda meminta maaf atas kekerasan terstruktur itu. 

Dalam berita itu, PM Belanda Mark Rutte menyatakan bahwa kekerasan ekstrem yang dilakukan secara sistematis itu telah diabaikan oleh kabinet-kabinet sebelumnya. Belanda tidak mengakui kesalahannya terlalu lama.

Karena itulah ia menyusun tim khusus yang terdiri dari tiga lembaga. Pertama Koninklijk Instituut voor Taal (KITLV). Mahasiswa atau pemerhati sejarah tentu familiar dengan nama itu. Koleksi foto dan dokumentasi tentang kondisi Indonesia di masa kolonial bisa diakses dari sana.

Lalu ada Nederlands Instituut voor Oorlogsdocumentatie (NIOD). Organisasi ini fokus meneliti Perang, Holocaust dan Genosida. Sedangkan lembaga terakhir adalah The Netherlands Institute of Military History (NIMH). “Penelitian ini duitnya dari kementerian pertahanan. Makanya, ada NIMH di sana,” kata Adrian.

Permintaan maaf sebenarnya sudah pernah disampaikan Raja Belanda Willem Alexander dalam kunjungan resminya ke Indonesia bulan Maret 2020. Sedangkan permintaan maaf dari Mark Rutte kali ini merepresentasikan sikap dari pemerintah.

Mark Rutte mengakui adanya eksekusi ekstrayudisial (di luar persidangan), penyiksaan, hingga penahanan dalam kondisi yang tak manusiawi. Tim peneliti menemukan bahwa sekutu membakar rumah dan kampung-kampung. Penjarahan hingga perusakan barang berharga dan makanan milik penduduk juga diungkap. Sedangkan serangan udara dan pengeboman yang terus menerus di area sipil juga menyalahi aturan perang.

Dalam Revolusi Nasional Indonesia (1945-1949) itu, ada 100.000 korban dari pihak Indonesia. Di pihak Belanda ada 5.300 serdadu gugur.

Beberapa koran Belanda yang dikumpulkan Adrian Perkasa.
(Foto: Adrian Perkasa untuk Harian Disway)

Bagaimana warga Belanda menyikapi permintaan maaf itu? “ Nah , ini yang menarik,” kata Adrian.

Permintaan maaf itu menuai pro dan kontra di tingkat parlemen. Hanya partai sayap kanan yang tidak setuju atas permintaan maaf itu. Adrian mengatakan, jumlah mereka sedikit. Justru partai yang pro atas permintaan maaf begitu besar. Begitu pula dengan sikap mayoritas masyarakat Belanda.

Warga Negeri Kincir Angin sangat menginginkan permintaan maaf itu. Adrian punya kisah yang tak akan pernah ia lupakan, September tahun lalu.

Saat itu istrinya harus melahirkan dengan operasi caesar. Ia sempat ngobrol dengan dokter yang menangani kelahiran anak keduanya. Sang dokter menanyakan pekerjaan Adrian di Belanda dan dari mana negara asalnya.

Adrian menceritakan bahwa ia adalah dosen sejarah di Indonesia. Ia melanjutkan studi S3 tentang Indonesian Studies di Leiden University. Dokter itu langsung kaget dan menampakkan ekspresi penyesalan.  “I feel sorry for your people, ” kata Adrian menirukan omongan dokter itu.

Mantan Cak Surabaya yang sudah tiga tahun di Belanda itu ikut kaget. Kok ada orang Belanda, bukan sejarawan, tapi paham secara detail tentang apa yang terjadi di Indonesia pasca kemerdekaan 17 Agustus 1945. Ternyata sang dokter senang membaca buku sejarah.

Tags :
Kategori :

Terkait