Perang Rusia-Ukraina, Jokowi Melerai

Jumat 25-02-2022,04:00 WIB
Reporter : Djono W. Oesman
Editor : Yusuf M. Ridho

Ternyata, ”intelijen signifikan” itu betul, akurat. Penyerbuan Rusia ke Ukraina dimulai Kamis, 24 Februari 2022. AS berposisi membela Ukraina.

Untuk itu, The Newyorker menulis, di tengah meningkatnya ketegangan (pada 19 Februari 2022, yang pada 24 Februari 2022 berubah jadi perang), perdebatan muncul di antara sejarawan Rusia.

Tentang: Apakah Perang Dingin benar-benar berakhir atau berlanjut? Sejauh menyangkut Moskow, apakah arogansi AS membutakan Presiden AS berturut-turut?

Terpenting bagi kita, Jokowi kini tampil sebagai ”tukang pisah” perkelahian internasional. Dengan ketegasan lewat Twitter: ”Perang (dipersepsikan internasional sebagai Perang Dingin II) tidak boleh terjadi.”

Sedangkan, para elite Indonesia mendorong agar Jokowi terus berupaya menghentikan perang Rusia-Ukraina. Para petinggi partai, akademisi pakar hukum internasional, parlemen, bertubi-tubi mendorong Jokowi tampil selaku presidensi G-20.

Memang, itu sesuai tujuan nasional kita.

Tugiyono dalam bukunya, Pengetahuan Sosial Sejarah (2004), menyebutkan, pada 2 September 1949 Wakil Presiden RI Mohammad Hatta mencetuskan politik luar negeri Indonesia: Bebas aktif.

Di buku pelajaran SMP kelas II (kurikulum 2004) itu, disebutkan:

Konsep bebas dan aktif memiliki pengertian: Bebas dalam arti bangsa Indonesia tidak memihak kepada kekuatan-kekuatan yang bertentangan dengan kepribadian bangsa (Pancasila).

Sedangkan aktif, dalam menjalankan kebijaksanaan luar negeri tidak bersikap pasif atas kejadian internasional.

Itulah wujud tujuan nasional seperti tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 alinea keempat:

" ....ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial..." Maka, bangsa Indonesia perlu mengambil peran dalam perdamaian dunia.

Walaupun, perang opini bernuansa keagamaan terus terjadi di Indonesia dalam enam tahun terakhir.

Terbaru, pernyataan Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas soal ”gonggongan anjing”. Ramai dikomentari. Bertaburan pendapat. Pro-kontra. Bernuansa politik.

Bahkan, ”gonggongan anjing” dipolisikan oleh mantan menteri pemuda dan olahraga. Tapi, laporan itu sudah ditolak Polda Metro Jaya pada Kamis, 24 Februari 2022.

Sangat unik. Di satu sisi, masyarakat kita ingin agar pemimpin kita tampil sebagai ”pemisah perkelahian internasional”. Di sisi lain, juga suka meributkan isu-isu keagamaan. Kendati, dikotomi itu dilakukan oleh dua golongan berbeda.

Tags :
Kategori :

Terkait