Setiap orang akan diberi giliran 15 menit untuk menikmati keindahan kota dari rooftop. Sampai giliran kami, saya langsung mengambil kamera. Mencoba memotret kota yang mengambang ini. Eh, ada turis baik hati yang menawarkan untuk memoto keluarga kami.
Ada beberapa tempat lagi yang kami datangi. Salah satunya Grand Canal. Kanal terpanjang di kota dengan 118 pulau. Sebuah terusan yang menjadi salah satu koridor lalu lintas air utama di Venesia.
Rute selanjutnya ke Rialto Bridge. Salah satu jembatan pejalan kaki tertua di Venesia. Lalu ke Burano. Sebuah pulau kecil dengan kampung nelayan yang berwarna-warni. Puluhan kapal nelayan bersandar di sebelah rumah penduduk.
Di sini, kami memilih untuk beristirahat di taman. Para turis lain juga bergelimpangan di sepanjang taman.
Kalau mau beli pernak-pernik yang berenda, inilah saatnya. Ada syal, taplak meja, dan aneka souvenir. Kerajinan renda memang sangat terkenal di Burano.
Sebenarnya, masih banyak tempat yang bisa disinggahi. Seperti Bridge of Sigh artinya jembatan berdesah. Kabarnya, di jembatan inilah para narapidana melihat pemandangan Venesia untuk terakhir kalinya sebelum masuk penjara. Jadi mungkin mereka berdesah dulu untuk menyesali perbuatannya kali ya.
Sayang kami tidak pergi ke sana. Sebab, perjalanan diteruskan ke Roma dengan Vaporetto.
Oh ya naik bus air atau water taxi adalah bagian tip merencanakan perjalanan yang terjangkau di Venesia yang saya sarankan. Meskipun harus rela berpanas-panasan atau berdesakan dengan orang lain.
Jalan-jalan di Venesia itu sebenarnya enggak mahal kok. Akomodasinya pun ada yang murah.
Kami pun tak sempat naik gondola. Tapi cukuplah naik Vaporetto. Merasakan sensasinya digoyang air laguna yang berwarna cerah.
Petualangan kami di Venesia terasa begitu singkat. Mau pulang rasanya berat. Rasanya hati ini masih tertambat di Venesia. Semoga Allah SWT memudahkan kami untuk kembali lagi. Amin. (Heti Palestina Yunani/*)
Penulis: