Belajar Dibayar pun Ogah

Kamis 10-03-2022,10:05 WIB
Editor : Doan Widhiandono

Para penggawa kelompok Fu He An punya peran masing-masing dalam melestarikan wayang potehi. Mereka rela bermain musik, menggelar pertunjukan wayang, hingga jauh dari tempat tinggal. Selama berpekan-pekan.

EMPAT orang itu meriung ruang belakang Kelenteng Tek Hay Kiong, Tegal, 14 Februari lalu. Mereka duduk bersila pada tikar plastik yang tipis.

Di salah satu sudut ruangan ada sebentuk matras merah. Juga tipis. Tak ada bantal di situ. Yang ada adalah lipatan selimut juga sarung. Mungkin dipakai bantal.

’’Bukan hotel, Mas,’’ kata Asih Santoso, salah seorang di antara mereka. ’’Monggo ,’’ ujar lelaki kelahiran 1968 tersebut.

’’Ya, pokoknya ada tempat untuk istirahat. Ndekek awak (merebahkan badan, Red),’’ timpal Slamet, kawan Asih. 

Ruang yang mereka tinggali itu berhadapan dengan kamar mandi yang berjajar-jajar. Memang, ruangan itu bukan kamar. Lebih mirip sebagai ruang untuk menyimpan barang sejatinya. Ada tumpukan kardus di sana-sini. Juga sebentuk patung kuda cukup besar yang ada di salah satu sudut ruangan berdinding keramik tersebut.

Selain dua orang itu, ada Untung Subroto dan Sudarmani. Mereka adalah anggota kelompok Fu He An yang ketika itu sedang mendapat job ndalang di Tegal.

Saat Harian Disway datang, para seniman itu sudah dua hari tiba di sana. Mereka berangkat dari Gudo, Jombang, pada 13 Februari.

Sampai kapan di Tegal?

’’Wah, ya lama. Dua minggu saja mungkin belum rampung pertunjukannya,’’ ujar Asih.

Kerasan?

’’Sudah biasa. Kalau ada job mendalang ya pasti lama,’’ kata pria asli Blitar tersebut.

Tentu saja, yang disebut job itu tidak mengalir sederas sebelum 2020. ’’Pandemi, teng pundi enten (di mana ada, Red) pertunjukan. Izin dipersulit,’’ ucap Asih.

Karena itu, panggilan untuk tampil di Tegal pun dilakoni Asih dengan rela. Apa pun, itu adalah sebuah job . Yang setidaknya bisa membantunya menghangatkan periuk nasi. Walau tak banyak.

PERSIAPAN PERANTI di ruang belakang Kelenteng Tek Hay Kiong, Tegal.
(Foto: Boy Slamet-Harian Disway)

Asih memang sudah kadung nyemplung pada wayang potehi, kesenian yang lahir dari kota Quanzhou, Fujian, tersebut. Dan ia bukan satu-satunya di keluarganya. Kakaknya, Misran, adalah dalang. Begitu juga adiknya, Widodo Santoso. ’’ Wong mulai kecil memang tinggalnya di kelenteng di Blitar,’’ ujar Asih.

Sejak kecil itu, ia memang sudah gandrung dengan wayang potehi. ’’Maklum, zaman itu ndak ada hiburan. Satu-satunya ya wayang potehi,’’ ujar Asih.

Tags :
Kategori :

Terkait