Bank Jatim Bakal Salip Bank Jabar Tahun Ini

Jumat 18-03-2022,08:49 WIB
Editor : Redaksi DBL Indonesia

SALAH satu agenda Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Bank Jatim kemarin adalah perubahan struktur komisaris. Kini komisaris utama dijabat mantan Direktur Utama Bank Rakyat Indonesia periode 2017-2019 Suprajarto. Ia adalah bankir yang sempat membuat keputusan mengejutkan karena menolak menjadi dirut BTN Tbk.

Jabatan komisaris lainnya dipegang oleh Sekdaprov Jatim Heru Tjahjono yang sebelumnya juga menjabat komisaris utama Bank Jatim. Dua nama lainnya adalah orang lama yaitu Muhammad Mas’ud Said dan Candra Fajri Ananda.

Untuk  jajaran direksi tidak ada perubahan. Direktur Utama dijabat Busrul Iman, Direktur Kepatuhan dan Manajemen Risiko Erdianto Sigit Cahyono, Direktur TI dan Operasi Tonny Prasetyo, Direktur Konsumer Ritel dan Usaha Syariah R. Arief Wicaksono, dan Direktur Komersial dan Korporasi Edi Masrianto.

Dalam RUPS kemarin juga dibahas  laporan tahunan perseroan selama Tahun Buku 2021. Termasuk laporan pelaksanaan tugas pengawasan dewan komisaris dan pengesahan laporan keuangan perseroan. RUPS juga membahas penetapan penggunaan laba bersih perseroan. Termasuk pemberian bonus bagi pegawai serta tantiem dan remunerasi.  Lalu, memberi kuasa kepada dewan komisaris untuk menunjuk kantor akuntan publik dalam mengaudit laporan keuangan perseroan.

Busrul optimistis kepengurusan baru itu bisa menjawab tantangan bisnis ke depan. Menumbuhkan dan menggerakkan perekonomian lebih masif dengan memaksimalkan potensi yang ada. Ia bakal lebih fokus pada penggarapan di dua sektor. Melanjutkan yang telah dikerjakan pada tahun sebelumnya. “Khususnya UMKM serta digitalisasi perbankan,” ujar Busrul..

Hal itu selaras dengan target Komisaris Utama Bank Jatim Suprajarto. Ia menilai Jatim punya potensi yang besar.  Bahkan ia menargetkan Bank Jatim mampu menempati urutan pertama sebagai bank daerah. Yakni dengan menggeser posisi Bank Jabar.

Menurutnya, target itu tak terlalu berlebihan. Apalagi Suprajarto juga telah berpengalaman 36 tahun di dunia perbankan. Ia pun makin optimistis. Sebab melihat Jatim sebagai gerbang perekonomian Indonesia bagian Timur. 

“Banyak hal yang bisa dikerjakan Bank Jatim dan direksi. Saya dan anggota komisaris ingin mengawal sampai menjadi bank daerah nomor satu,” tandasnya. Namun, tentu harus ada perbaikan dan evaluasi. Terutama soal kinerja dan orientasi ke depan.

Ia tak ingin Bank Jatim hanya mampu tumbuh pesat. Tetapi juga harus seimbang. Yakni dengan mempertahankan aspek kesehatan secara menyeluruh. Baik dari sisi finansial yang seimbang hingga kinerja yang optimal.

Salah satu caranya bakal terus mengawal jajaran direksi. Agar orientasinya bisa relevan dengan era sekarang yang serba digital. “Buat apa tumbuh tapi tidak sehat? Jadi mungkin akan ada perbaikan teknologi digital dan ekosistemnya,” imbuhnya.

RUPS Tahun Buku 2021 itu digelar di kantor Bank Jatim pusat, di Jalan Basuki Rachmad. Dan dihadiri langsung oleh Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa. Dia mengatakan, Pemprov Jatim sebagai pemegang saham pengendali pun optimistis.

Komisaris dan direksi baru bisa menjadi penguatan dalam pengembangan bisnis perbankan. Tentu dengan mendayagunakan seluruh pengalaman dan jejaring yang dimiliki. Dia menunggu terobosan dan gebrakan baru dari komisaris utama (komut). “Selamat datang komut yang baru. Ini akan menjadi penguatan yang luar biasa. Beliau bisa memberikan support-nya. Ke depan ini akan menjadi energi luar biasa,” katanyi.

Berdasarkan tutup buku tahunan, Bank Jatim memang menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik pada beberapa aspek. Ada dua aspek yang pertumbuhannya paling signifikan. Yaitu pertumbuhan kinerja aset dan dana pihak ketiga (DPK).

Kinerja aset pada 2021 tumbuh 20,45 persen dibanding tahun sebelumnya. Angka itu setara dengan Rp 100,72 triliun. Sementara itu, perolehan DPK tumbuh 21,52 persen atau setara Rp 83,20 persen.

Sedangkan, laju pertumbuhan pada dua aspek lainnya turun signifikan ketimbang tahun sebelumnya. Pertama, laba bersih yang tumbuh hanya 2,23 persen atau setara Rp 1,52 triliun. Dan penyaluran kredit hanya tumbuh 3,06 persen atau setara Rp 42,75 triliun.

Tags :
Kategori :

Terkait