Nomine Oscars 2022 (5): Nightmare Alley, Film Del Toro yang Minim Keajaiban

Kamis 24-03-2022,06:51 WIB
Editor : Nanang Prianto

Berkat Lilith, keahlian Stan sebagai mentalis slash cenayang yang bisa berkomunikasi dengan roh orang yang sudah meninggal makin dikenal luas. Hingga ia menarik klien-klien paling berbahaya di kota. Termasuk yang menawarkan bayaran USD 10 ribu per sesi. Alias Rp 143 juta, di jaman itu! Tapi taruhannya nyawa.

MOLLY (Rooney Mara, kiri) menjadi kunci penting kesuksesan dan kegagalan aksi Stanton sebagai penipu ulung. 

Oke. Nightmare Alley memang tidak mengandung magic. Tak ada hantu, vampir, maupun monster. Namun, pesan Del Toro begitu jelas di sini. Bahwa monster paling berbahaya di dunia adalah manusia. Ada setan dalam setiap diri kita. Dan kita bisa memeliharanya hingga entah menjadi apa saja.

Stan adalah pria dengan masa lalu pahit, itu betul. Beberapa keputusannya saat dewasa dipengaruhi oleh pengalamannya yang buruk bersama sang ayah yang alkoholik. Namun, bahwa ia menjadi serakah dan menipu banyak orang, itu setan yang berbeda.

Lalu, kenapa film ini menjadi nomine Film Terbaik The Oscars? Beberapa pengamat menduga, ia dipilih sebagai perwakilan genre neo-noir. Sudah lama sekali genre ini tidak memiliki tempat di jajaran nomine Film Terbaik. Selain itu, ia mengusung tema old Hollywood classic yang juga jadi favorit anggota Academy.

Di samping ceritanya yang ’’enggak Oscars banget’’, film ini memenuhi banyak syarat untuk jadi film yang bagus. Gambarnya menawan. Saturasi warna yang digunakan pas banget menggambarkan era 30an dan 40an. Desain produksinya—coba lihat setting kantor Lilith yang art deco banget—luar biasa. Semua layak dapat penghargaan.

Sinematografinya yang bergaya gothic sedikit mengingatkan kita pada Batman Returns (1992) buatan Tim Burton. Dan akting para bintangnya enggak ada yang jelek. Selain Cooper, Blanchett, dan Mara, Toni Collette juga patut diacungi jempol. Demikian juga Willem Dafoe dan David Strathairn. Pokoknya anything but Best Picture. (Retna Christa)

SALAH SATU aksi panggung Stan ketika menipu audiens. Kedoknya sebagai cenayang gadungan terbongkar oleh psikolog.

 

Tags :
Kategori :

Terkait